Nada Rhoma Irama dan Dakwah Pesantren

Nada Rhoma Irama dan Dakwah Pesantren

Kunjungan Raja Dangdut Rhoma Irama ke Ponpes Ittifaqiah Indralaya Ogan Ilir--

BACA JUGA:Dubes Jepang Kanasugi Kenji 'Agam Nian' dengan Pengasuh Ponpes Ittifaqiah Indralaya KH Mudrik Qori

Pesan moral Rhoma terhadap fenomena moderinitas misalnya, tergambar, antara lain dalam lagu “Quran dan Koran.” Ia berbicara tentang nilai-nilai agama yang semakin diabaikan berganti dengan teknologi yang berakibat “komputer dijadikan Tuhan.” Fenoma “perang budaya” yang melanda dan menjadi tantangan umat yang tidak ringan.

Lirik lagu “Modern” menggabarkan kondisi “kebablasan” dalam modernitas. “Modern dicerna sebagai kebebasan,  bebas lepas tanpa adanya batasan.” Nilai luhur yang semakin tergerus dalam kehidupan, sehingga perkebambangan masyarakat hilang arah dan tanpa pedoman. 

Begitu juga dalam lagu “Indonesia” tergambar jelas kritik sosial Rhoma terhadap persoalan mendasar yang dihadapi masyarakat bangsa kita. “Negara bukan milik golongan. Dan juga bukan milik perorangan . Dari itu jangan seenaknya .Memperkaya diri membai buta,” sehingga menimbulkan dampak sosial dan struktural “Yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin.”

Pesan-pesan Islam sangat terasa sekali dalam lagu “Terserah Kita.” Rhoma mengingatkan bahwa “ternyata jalan ke neraka mahal harganya walaupun mahal anehnya banyak yang suka” sedangkan “ternyata jalan ke surga murah harganya  walaupun murah anehnya banyak yang ogah.” 

Begitu pula dalam “Sekujur Bangkai” Rhoma mengingatkan bahwa “badan pun tak berharga  sesaat di tinggal nyawa, anak istri tercinta, tak sudi lagi bersama” bahkan “terbujurlah sendirian , diri terbungkus kain kafan”.

Karena itu, manusia harus memaknai hidupnya dengan kesalehan ritual dan sosial dengan tujuan hanya untuk ibadah dengan tujuan meraih rihdo Allah Swt, semata-mata. 

Nuasa dakwah sangat kental pula dalam lirik-lirik lagu Rhoma, seperti lagu “La Ilaha Illallah” yang dibuka dengan bacaa Surah Al-Ikhlas. Begitu juga dalam intro lagu “Lima” yang memasukkan hadits Nabi Saw.

Begitu juga lagu “Setetes Air Hina” dari Surah At-Thariq, “Baca” dari Surah Al-Alaq, “Buta Tuli” surah Al-‘Araf 179, “Citra Cinta” tentang menjaga kesucian, “Keramat” untuk memuliakan ibu, “Judi”, “Mirasantika” dan banyak lagi lagu Rhoma yang mencerminkan makna “musik Islami”.

Nilai-nilai yang juga diusung melalui film-film Rhoma. Sebut saja Satria Bergitar, Musafir, dan Perjuangan dan Doa dan film-film lain yang sarat dengan muatan dakwah. 

Rhoma Irama dengan musik dangdut tidak saja tampil sebagai musisi tetapi lebih sebagai dai’. Rhoma secara konsisten berdakwah melalui jalur musik.

Karena itu, selain sebutan “Bang Haji” yang begitu identik dengan dirinya, istilah “nada dan dakwah” sangat melekat dengan dangdut dan Soenta. Kolaborasi Rhoma Irama dan Zainuddin MZ begitu terekam dalam ingatan publik.

“The Voice of Moslem” menjadi jargon Soneta yang dijalankan dengan istiqomah dan mendapat penilaian positif.

Tidak saja Rhoma secara pribadi, komitmen dakwah ini dijalankan oleh personil dan crew Soneta. Menjadi tradisi Soneta ketika datang waktu shalat mereka wajib shalat berjamaah. Pada saat konser dan tour Soneta di berbagai kota dan negara. Rhoma dan Soneta menampilkan wajah Islam yang syahdu dan menggetarkan qolbu, sehingga memberi kesadaran baru. 

BACA JUGA:Wisuda Santri dan Peresmian Gedung Baru Ponpes Al-Ittifaqiah Dihadiri Pj Gubernur dan Bupati Ogan Ilir

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait