TERNYATA! Rasulullah Hanya 1 Kali Berhaji, 4 Tahun Setelah Turun Wahyu Haji Perdana Baru Bisa Terlaksana
Sejarah berhaji bagi umat Islam dimulai ketika Nabi Muhammad SAW menerima perintah haji pertama kali pada tahun ke-6 Hijriah--
BACA JUGA:Bolehkah Berangkat Haji dari Hadiah? Ustaz Abdul Somad: Tentu Saja Boleh, Asal...
"Telah diturunkan kepadaku suatu ayat yang lebih aku sukai daripada dunia semuanya."
Para sahabat bertanya, wahai Rasulullah, kami telah mengetahui bagaimana Anda diperlakukan, lalu bagaimana dengan nasib kami? Kontan turunlah ayat
"Supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah.
"Sementara Abdul Wahhab dalam haditsnya mengatakan dengan redaksi, ‘dan para sahabatnya sedang menjumpai kesedihan dan kesusahan’. Juga ia katakan dengan redaksi ‘Selanjutnya ada seseorang yang berkata, selamat wahai Rasulullah, Allah telah menjelaskan bagaimana Ia memperlakukan Anda’.” (HR Ahmad)
Bunyi ayat 1-2 surat al-Fath adalah sebagai berikut:
Artinya: “Sungguh Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukan jalan yang lurus.”
Ketika ayat itu dibacakan Nabi kepada Sahabatnya, respons yang didapatkan justru agak menyudutkan. Salah seorang Sahabat menyergah Nabi dengan pertanyaan,
“Selamat wahai Rasulullah! Sungguh Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan kepadamu perlakuan-Nya terhadapmu. Lalu, bagaimana perlakuan-Nya terhadap kami?” Seketika itu turunlah ayat 5 surat al-Fath sebagai berikut:
BACA JUGA:2 Calon Haji Kloter 15 Batal Berangkat ke Tanah Suci, Ini Pesan Kabid PHU Sumsel
Artinya: “Agar Dia masukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka.
Dan yang demikian itu menurut Allah suatu keuntungan yang besar.” Wahyu ini memuaskan para Sahabat sehingga membuat suasana menjadi tenang. Para Sahabat merasa bahwa mereka tidak diabaikan oleh Allah.
Keimanan mereka pun semakin bertambah. Perjanjian Hudaibiyah yang dinilai berpihak pada orang-orang Quraisy Makkah, sementara dinyatakan oleh Allah sebagai kemenangan di pihak Rasul, menyimpan banyak hikmah.
Kerendahan hati Nabi Muhammad melahirkan simpati yang sangat dalam dari masyarakat luas. Masyarakat berbondong-bondong menyatakan iman dan mendukung misi Nabi Muhammad.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: