Sultan Mahmud Badaruddin II, Sultan Palembang yang Sangat Ditakuti dan Disegani Inggris

 Sultan Mahmud Badaruddin II, Sultan Palembang yang Sangat Ditakuti dan Disegani Inggris

Sultan Mahmud Badaruddin II.--dok : sumeks.co

PALEMBANG, SUMEKS.CO - Masyarakat Kota Palembang tentunya tak asing lagi jika mendengar nama Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II. 

Namun, mungkin tak banyak yang tahu ternyata SMB II merupakan sosok Sultan Palembang yang sangat ditakuti dan disegani Bangsa Inggris pada masa penjajahan. 

SMB II lahir di Palembang pada tahun 1767 dan naik tahta pada 12 April 1804.  Anak dari Sultan Muhammad Bahauddin, yang berkuasa di Palembang periode 1776-1803.

SMB II mewarisi kemajuan Kesultanan Palembang Darussalam di segala bidang. 

BACA JUGA:Siapa Sultan Mahmud Badaruddin I yang Dimakamkan di Kawah Tengkurep Palembang?

Sejak kecil, SMB II atau Raden Hasan, mendapatkan pendidikan dari ayah dan kakeknya. Dari kedua orang tuanya itu SMB II mendapat pengajaran tentang tata kenegaraan.

Untuk ilmu agama Islam, SMB II belajar dari sejumlah ulama Palembang, masa itu. 

Diantaranya dari Syekh Abdus Somad, Syekh Muhammad Muhyiddin, Syekh Ahmad, Syekh Kemas Muhammad hingga Sayyid Abdurrahman al-Idrus.

Kesultanan Palembang saat dipimpin SMB II berhasil menjadi pusat studi Islam dan sastra. 

BACA JUGA:Kawah Tengkurep, Tempat Pemakaman Raja Pertama Palembang dan Keturunan

Selama berkuasa, SMB II dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan berwibawa. Wilayah Kesultanan Palembang juga sangat kondusif, dengan beberapa kemajuan yang dicapai.

Namun kondusifitas itu terusik dengan kedatangan Inggris di wilayah Palembang. Inggris mengincar Palembang untuk dikuasai. Adapun orang Inggris yang berhadapan langsung dengan Sultan Mahmud Badaruddin II adalah Sir Thomas Stamford Raffles.

Dalam catatannya, Raffles mengaku sangat hormat kepada SMB II, namun juga khawatir. Raffles menyebutkan, SMB II adalah penguasa kaya yang gudangnya dipenuhi dolar dan emas.

Pada tahun 1814, terjadi kesepakatan antara Inggris dan Belanda dalam Konvensi London.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: