Sejarah Runtuhnya Peradaban Islam Spanyol di Granada, Negara Islam Terakhir Setelah 781 Tahun Berdiri

Sejarah Runtuhnya Peradaban Islam Spanyol di Granada, Negara Islam Terakhir Setelah 781 Tahun Berdiri

Ilustrasi--net

BACA JUGA:Memahami Antara Sejarah Dan Fiksi Tentang Walisongo, Berikut Penjelasan Guru Gembul

Armada tempur yang dipimpin oleh Laksamana Kemal Reis ini dikirim guna menmbersihkan pengaruh pasukan Salib.

Kesultanan Mamalik pun turut berjuang dalam menolong saudara muslimnya di bumi Andalusia. 

Kesultanan Mamalik mengirim duta besarnya untuk menghadap Paus dan tokoh Katolik Eropa. 

Duta dari Kesultanan Mamalik mengatakan bahwa kaum muslimin di Mesir menjaga hidup umat Kristiani dan tak pernah mendzalimi. 

BACA JUGA:Mengenal Ibnu Khaldun : Sang Pelopor Sosiologi Islam, Kritik Terhadap Penulisan Sejarah Terdahulu

Hal ini untuk memperlihatkan agar Kerajaan Castille tidak lagi menyakiti kaum muslimin di Andalusia.

Namun sayangnya, usaha demi usaha yang telah dilakukan oleh kedua kesultanan yang merupakan kesultanan superpower pada saat itu tidak menggambarkan keseriusan. 

Beberapa tahun usai usaha tersebut dilakukan, peradaban Islam di Andalusia perlahan mulai runtuh. 

Sepuluh tahun sebelum Granada jatuh, Sultan Granada pernah bersumpah setia pada Ratu Isabella. 

BACA JUGA:Jelang Ramadhan Jangan Sampai Salah Beli, Cek Produk Kurma dan Makanan Produksi Israel Ini

Boabdil atau Abu Ubaidillah adalah raja terakhir Granada dan putra Raja Nasrid Muley Abdul Hasan. 

Boabdil memberontak melawan ayahnya sendiri dan berjanji untuk melayani Ratu Isabella dan Fernando sebagai imbalan atas dukungan keduanya.

Akan tetapi, naasnya kesetiaan terhadap musuh justru berakhir dengan pengkhianatan yang terjadi. 

Boabdil dijuluki “el chico” yang artinya si kecil dan “el zogoybi” yang artinya si malang oleh orang-orang Spanyol. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: