Memahami Antara Sejarah Dan Fiksi Tentang Walisongo, Berikut Penjelasan Guru Gembul
Walisongo atau sembilan wali merupakan tokoh yang dianggap sebagian besar masyarakat berpengaruh sangat besar bagi perkembangan Islam khususnya di tanah Jawa.--
Memahami Antara Sejarah Dan Fiksi Tentang Walisongo, Berikut Penjelasan Guru Gembul
SUMEKS.CO - Walisongo atau sembilan wali, merupakan tokoh yang dianggap sebagian besar masyarakat berpengaruh sangat besar bagi perkembangan Islam, khususnya di tanah Jawa.
Namun, tidak sedikit juga menganggap kisah dan sejarah sembilan Walisongo masih diperdebatkan dan masih dipertanyakan kebenaran kisahnya.
Seperti di terangkan oleh salah satu kanal YouTube @gurugembul, yang menilai skeptis terhadap keabsahan kisah-kisah Walisongo.
BACA JUGA:Mau Jadi Wali Allah? Ikuti 2 Tips Menjadi Wali Allah Menurut Habib Luthfi bin Yahya
Dalam narasinya, konten kreator Guru Gembul menyatakan bahwa beberapa pendapat kejadian-kejadian luar biasa menyangkut Walisongo senyatanya tidak bisa diterima akal sehat.
Kejadian-kejadian yang luar biasa itu, kata Guru Gembul seperti bertahan hidup tanpa makan dan minum selama bertahun-tahun, ataupun melalui tindakan supranatural ya g tidak bisa diterima secara ilmiah.
Tidak hanya itu, beberapa argumen yang menyatakan menentang keberadaan Walisongo, karena saat itu tidak ada keotentikan serta ketidakhadiran pelaku sejarah pada masa itu.
Ditambah, adanya lukisan-lukisan yang menggambarkan sosok satu persatu Walisongo adalah hasil dari lukisan seniman kontemporer, yang mana identitasnya belum diketahui hingga saat ini.
Dalam narasinya juga dikatakan, klaim Walisongo berjumlah hanya 9 orang juga patut dipertanyakan.
Sulitnya membuktikan kebenaran tentang angka sembilan, menjadi salah satu aspek yang turut menimbulkan keraguan berbagai pihak.
Selain itu, aspek lain seperti perjalanan spiritual serta adanya mukjizat dikaitkan dengan sunan yang dipercaya sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.
Namun, Guru Gembul menegaskan dalam hal menguak kontroversi seputar Walisongo, penting kiranya untuk membedakan narasi sejarah dengan fiksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: