Karya dan Perjuangan Abdus Somad al-Palembani Menghadapi Penjajahan di Tanah Air
Abdus Somad Al-Palembani--net
Saudara kandungnya Sheikh Wan Abdul Qadir bin Sheikh Abdul Jalil al-Mahdani ketika itu ialah Mufti Kerajaan Kedah.
Seorang lagi saudaranya, Sheikh Wan Abdullah adalah pembesar Kedah dengan gelar Seri Maharaja Putera Dewa.
Meskipun Sheikh Abdus Somad al-Palimbani lama menetap di Mekah, namun hubungan persaudaraannya antara mereka tidak pernah terputus.
Sekurang-kurangnya mereka berkirim surat setahun sekali, yaitu melalui jamaah nusantara yang pulang setelah melaksanakan ibadah haji.
Selain hubungannya dengan adik-beradik di Kedah, Sheikh Abdus Shamad al-Palimbani turut membina hubungan dengan kaum Muslimin di seluruh Asia Tenggara.
Pada zaman itu hampir semua orang yang berhasrat mendalami ilmu tasawuf terutama Tarekat Sammaniyah, Tarekat Anfasiyah dan Tarekat Khalwatiyah menerima ilmu darinya.
Abdus Somad lsentiasa mengikuti perkembangan di Tanah Jawi (dunia Melayu) dengan menanyakan kepada pendatang-pendatang dari Pattani, Semenanjung Tanah Melayu, dan negeri-negeri Nusantara yang di bawah penjajahan Belanda (pada zaman itu masih disebut Hindia Belanda).
Hal itu terbukti dengan pengiriman dua pucuk surat kepada Sultan Hamengkubuwono I, Sultan Mataram dan kepada Susuhunan Prabu Jaka atau Pangeran Singasari Putera Amengkurat IV.
Bahkan pernah suatu ketika surat-surat tersebut jatuh ke tangan Belanda di Semarang (tahun 1772 M).
Sheikh Abdus Somad al-Palimbani telah lama bercita-cita untuk ikut serta dalam salah satu peperangan/pemberontakan melawan penjajah.
Namun setelah dipertimbangkan, dia lebih tertarik membantu umat Islam di Pattani dan Kedah dalam melawan keganasan Siam yang beragama Buddha.
Sebelum perang itu terjadi, Sheikh Wan Abdul Qadir bin Sheikh Abdul Jalil al-Mahdani, Mufti Kedah mengirim sepucuk surat kepada Sheikh Abdus Shamad di Mekah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: