Tradisi Haji di Puncak Gunung Bawakaraeng Makassar Saat Idul Adha Jadi Kontroversi, Ternyata Ini Alasannya

Tradisi Haji di Puncak Gunung Bawakaraeng Makassar Saat Idul Adha Jadi Kontroversi, Ternyata Ini Alasannya

Tradisi Haji di Puncak Gunung Bawakaraeng.--

BACA JUGA:Pria Ini Jelaskan Kiat Terbebas Utang Pinjol, Jangan Pernah Layani Debt Collector dan Berhenti Saja Membayar!

Seperti diceritakan sejarawan Almarhum Dan Syaifuddin yakni adanya tokoh ulama kenamaan Kerajaan Gowa bernama Syekh Yusuf.

Diceritakan Syekh Yusuf mengungkapkan bahwa kata Bawakaraeng itu bukan bermakna "Mulut Tuhan" seperti yang beredar di masyarakat Makassar.

Akan tetapi, dijelaskan bahwa Bawakaraeng artinya adalah suatu aktifitas U'rangi atau mengingat, yang mana bila diuraikan menjadi "Ucapan Ilahi" dan kemudian dikonversi menjadi  kalimat dzikir mengingat sang pencipta.

"Hal itu ditegaskan beliau, merupakan syarat wajib dilakukan oleh Syekh Yusuf selama melakukan pendakian Ma’lino (bertafakkur) mencari ilmu di puncak Gunung Bawakaraeng," katanya.

BACA JUGA:3 Fakta Unik Wanita Bernama Malaikat Blasteran Bogor-Afrika, Ngurus KTP di Disdukcapil Bogor Tegas Pilih WNI

Namun, pada konteks lain, memang ada masyarakat selatan Sulawesi yang menganut tarikat bernama Khalwatiah ajaran Tuanta Salamaka Syekh Yusuf. 

Mereka memercayai bahwa Gunung Bawakaraeng merupakan tempat suci dan merupakan tempat Syekh Yusuf pernah bertemu dengan Wali suci untuk menyempurnakan ilmu makrifatnya.

Peristiwa tersebut, menurut Fadhly, tertuliskan juga di kesenian tutur masyarakat Makassar, yaitu Sinrili’na Tuanta Salamaka. 

Setelah itu, Tuanta diarahkan untuk mengesahkan ilmunya di Mekkah, berdasarkan catatan lontara bilang raja Gowa dan Tallo (1986), tercatat beliau meminta izin untuk ke Mekkah pada tanggal 22 September-27 Rajab. Begini bunyi teksnya, Namappalak kana I Tuang Syekhu Yusuf kalauk Hakji (1054 H-1644 M).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: