Tradisi Haji di Puncak Gunung Bawakaraeng Makassar Saat Idul Adha Jadi Kontroversi, Ternyata Ini Alasannya
Tradisi Haji di Puncak Gunung Bawakaraeng.--
SUMEKS.CO,- Sudah pada tahu belum? ada tradisi yang cukup unik di daerah Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, yang disebut dengan tradisi naik haji diatas ketinggian gunung Bawakaraeng.
Biasanya, bagi umat Islam melaksanakan rukun Islam kelima ini dilaksanakan di tanah suci Mekkah, namun berbeda dengan tradisi unik yang satu ini yakni dengan berhaji di salah satu gunung di Makassar diatas ketinggian 2830 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Dari informasi yang dihimpun, Ahad 8 Oktober 2023, tradisi unik naik haji diatas gunung Bawakaraeng Makassar ini dilakukan dihampir setiap tahunnya saat Idul Adha.
Masyarakat sekitar gunung Bawakaraeng pada saat lebaran ibadah haji, berbondong-bondong mendaki gunung yang menurut informasinya beribadah haji diatas gunung Bawakaraeng.
BACA JUGA:Termahal di Dunia, Celana Dalam Koleksi Terbaru Miu Miu Dibanderol Rp87 Juta, Gimana Rasanya Ya?
Banyak informasi yang beredar seperti pada berbagai media sosial, tradisi unik di puncak gunung Bawakaraeng dilaksanakan setiap tahunnya.
Dalam salah satu akun media sosial @Ocehan Solo contohnya, memperlihatkan beberapa orang dengan susah payah mendaki gunung Bawakaraeng, dengan berpakaian layaknya seperti hendak salat seperti kain sarung, sajadah hingga mukenah.
Menurut peneliti transkrip tradisi lisan, Fadhly, tradisi mendaki gunung Bawakaraeng saat Idul Adha tersebut merupakan seremonial replika ibadah haji yang umum dilakukan.
Kata Fadhly, tradisi unik saat hari raya Idul Adha tersebut ternyata sering terapkan oleh masyarakat sekitar kaki gunung Bawakaraeng Makassar.
Masih kata Fadhly, realitanya tradisi tersebut telah menjadi kebiasaan umum masyarakat Sulawesi Selatan, sehingga menjadi tradisi lisan yang terpelihara sampai sekarang.
Fadhly mengisahkan, ini untuk kesekian kalinya dirinya mengikuti tradisi unik merayakan Idul Adha dengan menaiki gunung Bawakaraeng Makassar.
Menurut pengalamannya, dia bersama 13 orang lainnya diantaranya merupakan peneliti bersama masyarakat lokal di desa Manipi, berhaji di gunung tersebut menjadi keunikan tersendiri.
Dari desas-desus yang berkembang, menurut Fadhly tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya, bahwa tradisi berhaji diatas gunung tersebut tidak seperti berhaji pada umumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: