Belajar Mengasihi Sesama dari Kisah Orang Samaria
Gereja Santo Petrus Palembang--
Kita mempunyai Pancasila sebagai dasar negara yang mengikat, mempersatukan, dan merekatkan semua. Kita memiliki kekayaan alam yang melimpah. Jumlah penduduk kita peringkat keempat di dunia. Kita memiliki semangat nasionalisme, semangat kebangsaan yang kuat, Bhineka Tunggal Ika, sekalipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Semua ini adalah pemberian yang indah, anugerah yang sangat berharga dari Tuhan, yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh bangsa ini, mesti di-manage dengan baik untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Dan, untuk mencapai tujuan negara yang mulia ini, diperlukan keadaan yang kondusif, aman, rukun dan damai.
DR LR Retno Susanti. Foto: Dok Sumeks.co--
Dari kisah Orang Samaria yang baik hati ini kita sebagai bangsa Indonesia dapat belajar sebagaimana dikatakan oleh Franz Magnis Soeseno, sebenarnya antar umat beragama dimungkinkan terjadi apabila masing-masing mengembangkan semangat toleransi dan keterbukaan kesediaan untuk bekerjasama.
Orang beriman yang sungguh-sungguh beriman pada hakekatnya berjiwa toleran dengan semua orang tanpa pandang bulu, sehingga tidak perlu diatur oleh sebuah undang-undang ataupun peraturan pemerintah. Seseorang tidak serta merta menjadi toleran dengan sesamanya oleh karena sebuah aturan atau undang-undang.
Orang percaya hidup sebagi bagian integral dari bangsa dan Negara dimana dia hidup dan berkarya, terlepas dari ideologi dan kepercayaan mayoritas masyarakat. Namun, kualitas komunikasi dan pelayanan orang percaya tidak ditentukan oleh konteks sosial politik masyarakatnya, melainkan ditentukan oleh nilai-nilai kemanusian universal dari Firman Tuhan.
Panggilan orang percaya bukanlah membangun ghetto atau komunitas neo-Qumran dan neo Essena, yang mengisolir dari diri komunitas sosial dan realitas didalamnya justru tidak dapat mempertahankan eksistensinya di tengah arus globalisasi, sehingga suatu komunitas akan tetap eksis apabila secara dinamis mengambil peranan aktif ditengah-tengah arus perubahan. Justru dalam konteks inilah, kita memahami ajaran Tuhan Yesus, bahwa
orang percaya terpanggil untuk menjadi garam dan terang bagi masyarakat dan bangsanya sehingga semua orang dapat memahami damai sejahtera Allah (Matius 5:13-16).
Di bulan Desember tahun ini, umat Kristen menyongsong dan merayakan Natal Walaupun masih di tengah pandemi. Namun spirit dan inspirasi yang dibawa Yesus Kristus, Sang Natal, kiranya tidak berkurang. Spirit dan inspirasi itu ialah saling mengasihi, karena Allah telah lebih dahulu mengasihi kita.
Natal adalah wujud kasih yang besar bagi umat manusia. Wujud kasih Allah yang besar bagi segenap alam semesta. Jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Allah adalah kasih dan orang yang beriman kepada Allah harus saling mengasihi. Barangsiapa, mengasihi Allah ia juga harus mengasihi saudaranya.
“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.”
Dalam kisah tentang orang Samaria yang murah hati, Lukas 10:25-37 menjelaskan, Tuhan Yesus mengajarkan supaya kita menunjukkan belas kasih kepada sesama manusia.
Bahkan dalam Matius 25:37-40 Yesus berkata: “Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”
Saudara-saudaraku, marilah kita saling mengasihi sebagai saudara sebangsa dan setanah air.
Didasarkan pada cinta kasih Kristus yang menggerakkan persaudaraan dengan saling mengasihi sebagai sesama saudara, maka hidup dan kehidupan yang damai, rukun, aman, dan sejahtera akan terwujud dalam keluarga, bergereja, bermasyarakat, serta dalam berbangsa dan bernegara. Tuhan memberkati kita semua. Aamiin. Selamat Natal 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: