Konflik Suriah Memanas, Gelombang Pertama Evakuasi WNI Berhasil Dilakukan
Sejumlah warga Suriah berkumpul di pusat kota merayakan jatuhnya penguasa yang tirani. Dan sejumlah aktivis mendokumentasi foto tahanan yang disiksa sebelum Presiden Bashar al-Assad melarikan diri ke Rusia.--
Pemerintah Indonesia terus memantau situasi keamanan di Suriah dan berupaya menjalin komunikasi erat dengan berbagai pihak untuk memastikan proses evakuasi berjalan lancar.
Bagi keluarga di Indonesia yang memiliki kerabat di Suriah, Kemenlu menyediakan hotline darurat di nomor +62 812 9007 0027 untuk mendapatkan informasi terkini dan mendukung proses komunikasi dengan WNI yang berada di sana.
Situasi Terkini Suriah Pasca-Jatuhnya Rezim Bashar al-Assad
Kondisi di Suriah kian memanas setelah kejatuhan Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024.
Rezim yang berkuasa selama lebih dari dua dekade ini tumbang setelah serangan kilat oleh kelompok oposisi, Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Kota-kota besar seperti Aleppo, Homs, dan akhirnya Damaskus jatuh ke tangan pemberontak dalam waktu singkat.
Kepemimpinan Bashar al-Assad, yang awalnya dianggap sebagai harapan baru setelah kematian ayahnya, Hafez al-Assad, pada tahun 2000, berubah menjadi tirani yang memicu perang saudara berkepanjangan.
Konflik ini telah berlangsung selama hampir 14 tahun dan menyebabkan lebih dari 500.000 nyawa melayang serta jutaan orang mengungsi ke berbagai negara.
Deklarasi kemenangan HTS di Damaskus disambut dengan euforia oleh sebagian besar warga Suriah yang selama ini hidup di bawah tekanan rezim Assad.
Patung-patung Assad serta simbol Partai Baath dihancurkan, sementara perayaan di jalan-jalan kota diwarnai dengan suara tembakan ke udara sebagai simbol kemenangan.
Komandan HTS, Hassan Abdul-Ghani, dalam pidatonya menyatakan, Damaskus telah bebas dari tirani Bashar al-Assad.
"Kami menyerukan kepada seluruh pengungsi Suriah di seluruh dunia untuk kembali ke tanah air mereka yang merdeka.”
Meski demikian, situasi keamanan di Suriah masih sangat rentan.
Kelompok-kelompok bersenjata lain dan milisi pro-Assad yang masih bertahan di beberapa wilayah diperkirakan akan terus melakukan perlawanan.
Perebutan kekuasaan pasca-tumbangnya Assad membuka potensi konflik baru antara berbagai faksi oposisi dan kelompok militan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: