Berikut Kue Basah Khas Palembang Disajikan Saat Lebaran, Dibalik Manisnya Kue Ada Filosofinya Loh?

Berikut Kue Basah Khas Palembang Disajikan Saat Lebaran, Dibalik Manisnya Kue Ada Filosofinya Loh?

Deretan kue basah khas wong Palembang yang disajikan saat lebaran idul fitri ternyata ada filosofinya.-Foto: Dok.Sumeks.co-

Kue ini kerap jadi hidangan utama ketika hari besar atau perayaan tertentu. 

Jika kamu datang ke Palembang ketika bulan puasa atau Idul Fitri, sebagian besar rumah akan menyediakan kudapan ini.

Di sisi lain, kue delapan jam juga menjadi Warisan Budaya Tak benda (WBTb) dari Sumatra Selatan yang kaya akan nilai filosofis mengenai kehidupan dan ketuhanan.

Diketahui, nilai tersebut bisa tersirat dari proses pembuatannya yang memakan waktu berjam-jam, dan memiliki arti bahwa kehidupan harus dijalani dengan sabar sebelum mencapai tujuan.

BACA JUGA:Resep Kue Kering Lidah Kucing Renyah dan Anti Gagal, Ide Camilan Lebaran yang Lezat!

BACA JUGA:Rekomendasi Menu Bekal Mudik Lebaran, Tidak Cepat Basi dan Tahan Lama

Sementara itu, jika ada yang mencoba untuk mengukus kue ini dengan waktu kurang dari 8 jam, maka cita rasanya pun tidak akan maksimal. Bahkan kue basah ini akan menjadi lembek dan tidak berpori.

Selanjutnya dari segi penamaan, pemilihan waktu delapan jam ini juga mempunyai alasan. Sejarawan Palembang, Mang Amin mengatakan bahwa penamaan delapan jam pada kue tersebut ada kaitannya dengan pembagian waktu dalam hidup.

Di mana, dalam 24 jam waktu dalam sehari itu setidaknya manusia harus membaginya dengan 3 kegiatan yang berbeda selama 8 jam, yaitu 8 jam untuk bekerja, 8 jam untuk istirahat, dan 8 jam untuk beribadah.

Kemudian untuk angka 8 juga melambangkan jumlah orang yang mengangkat keranda manusia ketika ia tutup usia nanti. 

Artinya, manusia itu harus senantiasi ingat bahwa hidup di dunia hanyalah sementara. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: