ASN Makin Cakap Digital - Literasi Digital Sektor Pemerintahan kepada Pegawai ASN Kemendikbudristek
--
Kemudian, Sofian menekankan bahwa kecakapan digital merupakan kemampuan yang harus dipraktikkan agar semakin fasih.
BACA JUGA:Lengkapi Menu Berbuka Anda dengan Puding Custard Caramel
"Kecakapan digital ini sebenarnya sudah masuk dalam agenda yang ingin dicapai dalam Indonesia Emas 2045. Saat momentum ini terjadi, harapannya ASN kita memiliki daya saing dalam kancah internasional. Namun, sebelum sampai ke tahap tersebut kita harus berpedoman pada beberapa objektivitas keberhasilan memahami kecakapan digital yakni memiliki pemahaman, mengenali bentuk persoalan yang dihadapi dalam menggunakan perangkat teknologi, serta mampu menjaga etika dalam menggunakannya. Ketika ASN sudah masuk dalam kategori keberhasilan ini, maka ASN sudah dipastikan dapat memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat," tutur Sofian.
Materi berikutnya mengenai Keamanan Digital disampaikan oleh Staf Pengajar serta Kepala Lab E-Government & E-Business Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Dana Indra Sensuse.
Dalam paparannya, Dana menyampaikan bahwa Keamanan dan Keselamatan Digital sebenarnya sangat terkait dengan netralitas ASN.
“Berbicara tentang keamanan digital ada dua hal yang sangat penting yakni bagaimana dampak dari digitalisasi dan manajemen risiko terhadap dampak yang ditimbulkan karena ruang digital seperti pisau bermata dua. Kita semua tahu kalau sudah banyak kemudahan dalam mendapat informasi, salah satunya ada Chat GPT yang sangat mempermudah hidup kita. Namun dibalik kemudahan-kemudahan tersebut tentu ada risiko-risiko yang mengintai kita, seperti bahaya hoaks, penipuan, dan kejahatan digital lainnya," ucapnya.
BACA JUGA:Pengemis dan Anjal Mulai Bergentayangan, Dinsos Kota Prabumulih Akui Kesulitan Lakukan Penertiban
Dana juga mengingatkan pentingnya manajemen risiko dalam menghadapi risiko-risiko di ruang digital.
"Terdapat tiga upaya preventif yang bisa kita lakukan yakni kita harus patuh pada peraturan yang berkaitan dengan keamanan digital, patuh terhadap penugasan kita sebagai ASN, dan yang terakhir adalah peran pemerintah untuk membuat pengamanan sistem baik untuk aplikasi penunjang kerja di pemerintah ataupun yang ditujukkan untuk aktivitas masyarakat," jelasnya.
Materi selanjutnya yakni Etika Digital dilanjutkan oleh Pengembang Teknologi Pembelajaran Kemendikbudristek, Ibrahim Sidik. Dalam paparannya, Ibrahim menyebutkan bahwa, dunia nyata tidaklah berbeda dengan ruang digital, begitu juga dengan penerapan etika komunikasi.
“Dalam berkomunikasi di ruang digital atau di dunia nyata tetap sama, karena kita berhadapan dengan lawan bicara yang mana juga seorang insan. Oleh karena itu, segala bentuk komunikasi juga harus disampaikan dengan beretika. Melalui komunikasi yang beretika, akan terbentuk informasi-informasi kredibel yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh banyak orang sebagai bahan pertimbangan atau pengambilan keputusan,” tutur Ibrahim.
Ibrahim turut menjelaskan bahwa saat ini masyarakat disulitkan dengan ketidakjelasan antara opini, analisis, dan fakta.
“Hal ini menyebabkan masyarakat bisa terpolarisasi dengan isu-isu yang sensitif dan akhirnya menciptakan ketegangan. Oleh karena itu, ASN memiliki andil untuk turut menyebarkan etika berkomunikasi, bukan hanya dengan berbicara namun juga dengan memproduksi ataupun mendistribusikan informasi,” tambahnya.
Materi terakhir batch I mengenai Budaya Digital disampaikan oleh Pengembang Teknologi Pembelajaran Kemendikbudristek, Rusdi Kurniawan. Menurutnya, budaya digital sebenarnya telah terjadi pada masyarakat Indonesia dalam satu dekade terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: