Pilar Cendawan Pasar Cinde, Simbol Arsitektur Kelas Dunia, Kini Terkulai oleh Badai Korupsi

Pilar Cendawan Pasar Cinde: Simbol Arsitektur Kelas Dunia, Kini Terkulai oleh Badai Korupsi--
PALEMBANG, SUMEKS.CO - Di tengah hiruk-pikuk kota yang terus bertumbuh, ada satu bangunan yang dulu berdiri gagah sebagai simbol kemajuan: Pasar Cinde.
Siapa yang tak kenal pasar ini? Dibangun pada tahun 1957, Pasar Cinde bukan sekadar tempat belanja, tapi juga saksi sejarah penanda bahwa Palembang pernah punya cita rasa arsitektur kelas dunia.
Yang paling ikonik? Pilar-pilar atapnya yang berbentuk cendawan. Bentuknya unik, elegan, dan fungsional. Tapi lebih dari itu, pilar-pilar ini seperti penjaga diam yang menyimpan cerita panjang tentang kota, rakyat, dan semangat zaman.
Diketahui ornamen pilar berbentuk Cendawan tersebut hanya ada dua di Indonesia, selain di Pasar Cinde ornamen yang serupa berada di Pasar Johar Semarang.
Sayangnya, kini pilar-pilar itu seperti menangis dalam diam. Pasar Cinde, yang sempat direvitalisasi dengan janji akan menjadi lebih modern dan manusiawi, malah diterpa badai korupsi.
BACA JUGA:NGERI, Kondisi Pasar Cinde Seperti Hutan dengan Kolam yang Seram, Netizen: Mirip Taman Jurassic Park
Proyek renovasi yang digadang-gadang membawa angin segar justru menyisakan bau amis: anggaran yang bocor, proses yang tidak transparan, dan janji yang tinggal janji.
Ironi pun terasa begitu kuat. Pilar cendawan yang dulunya simbol kemajuan dan kekuatan, kini berdiri lesu di tengah bangunan baru yang kehilangan jiwa.
Selain di Pasar Cinde, pilar penopang atap berbentuk cendawan terdapat di Pasar Semarang--
Seakan menatap pilu, menyaksikan warisan budaya yang dikhianati oleh tangan-tangan rakus.
Padahal, arsitektur pilar cendawan ini bukan desain sembarangan. Ia merupakan contoh apik dari modernisme tropis gaya arsitektur yang lahir dari kebutuhan lokal dan semangat global.
Bentuknya tak hanya indah, tapi juga pintar: mampu mengalirkan udara, menangkal panas, dan menciptakan ruang tanpa sekat yang luas dan nyaman.
"Pasar Cinde itu bukan cuma tempat jual beli, tapi juga bagian dari identitas kota," kata seorang warga senior yang telah berpuluh tahun berdagang di sana. "Sekarang, rasanya seperti kehilangan rumah."
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: