Misteri Puluhan Ribu Ton Emas di Bank Swiss Milik Soekarno Akhirnya Terpecahkan, Inilah Fakta Sebenarnya

Misteri Puluhan Ribu Ton Emas di Bank Swiss Milik Soekarno Akhirnya Terpecahkan, Inilah Fakta Sebenarnya

Misteri Puluhan Ribu Ton Emas di Bank Swiss Milik Soekarno Akhirnya Terpecahkan, Inilah Fakta Sebenarnya--

BACA JUGA:Penemuan Bangkai Kapal Dinasti Yuan Mengandung Harta Karun Bernilai Trilyunan, Berumur 700 Tahun

Masih mengutip wawancara dengan Cindy Adams, saking miskinnya, Soekarno bahkan pernah hampir diberi gedung secara patungan oleh rakyat. Namun, dia menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan.

Putra pertama Soekarno, Guntur Soekarnoputra, membenarkan pernyataan ayahnya itu. Guntur menyebut jika Soekarno, sejak sebelum sampai jadi presiden, kantongnya selalu tipis.

Ia juga menyebut tak heran kalau ayahnya kerap meminjam uang kepada sahabatnya sejak zaman pergerakan, salah satunya Agoes Moesin Dasaad.

"Sebagai presiden, Bung Karno adalah presiden yang paling miskin di dunia ini. Ia tidak punya tanah, tidak punya rumah, apalagi logam-logam mulia seperti yang digembar-gemborkan orang selama ini," kata Guntur.


--

Sementara itu, sejarawan Indonesia, Ong Hok Ham, juga membantah rumor harta segunung Sukarno. 

Lewat tulisan Kuasa dan Negara (1983), Ong mematahkan cerita itu dan memberi fakta sejarah sesungguhnya. Salah satunya terkait cerita Soekarno mewarisi kekayaan kerajaan Mataram Islam.

Kata Ong, tidak mungkin ada seseorang mewarisi harta dari kerajaan kuno. Apalagi mewariskan batangan emas. 

Masalahnya, harta kerajaan kuno tidak sebesar yang dibayangkan. Apalagi saat itu, Mataram Islam disebut masih punya utang kepada VOC.

Ong juga menyebut kalau kisah harta Soekarno sebenarnya bisa dipatahkan dengan argumen sederhana: jika punya emas, seharusnya Soekarno tidak melarat hingga akhir hayatnya. 

Ini artinya cerita harta karun emas batangan presiden pertama Indonesia yang selama ini dipercaya tidak benar.

Kisah emas Soekarno yang konon disimpan di Swiss telah menjadi sebuah kisah misteri yang dikisahkan dari mulut-mulut. 

Meski telah berusaha dibuktikan lewat kepemilikan surat-surat yang termaktub dalam “The Green Hilton Memorial Agreement”, para sejarawan di Indonesia secara tegas mengatakan hal tersebut sebuah kebohongan dan tidak masuk akal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: