Puluhan Warga Mesuji OKI Diduga Jadi Korban Penipuan Jual Beli Tanah

Puluhan Warga Mesuji OKI Diduga Jadi Korban Penipuan Jual Beli Tanah

Puluhan warga Mesuji OKI diduga jadi lorban penipuan jual beli tanah. Foto : Dokumen/Sumeks.Co--

KAYUAGUNG, SUMEKS.CO - Sejumlah warga di Desa Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) diduga menjadi korban penipuan jual beli tanah

Atas peristiwa yang dialami sejumlah warga yang berjumlah 10 orang itu melapor ke Kantor Camat Mesuji. 

Dimana rupanya, dalam kasus itu melibatkan seorang mantan kepala dusun (Kadus) 8 Desa Pematang Panggang, Kecamatan Mesuji OKI yaitu HB. 

Atas keterlibatan oknum itu, sehingga tanah yang berlokasi di Sungai Sekuncit dan Merantih Tiga Sebandung Desa Pematang Panggang, Kecamatan Mesuji itu kini disegel oleh pemilik sah. 

BACA JUGA:Luar Biasa! Menteri AHY Ungkap 3 Kasus Mafia Tanah di Provinsi Jambi yang Rugikan Negara Rp1,19 Triliun

BACA JUGA:234 Jemaah Haji Indonesia Wafat di Tanah Suci, Catatan Penting untuk Musim Haji Berikutnya

Rupanya, sekelompok warga yang membeli lahan tersebut juga menjadi resah karena tidak bisa mencari nafkah dari lahan pertanian yang telah diusahakan mereka sejak tahun 2007 lalu tersebut.

Perwakilan kelompok warga Burhanudin menerangkan, kasus penipuan ini berawal dari permasalahan jual beli lahan yang dilakukan oleh HB sejak tahun 2007 - 2013.

Yaitu ada sebanyak 18 surat pengakuan hak dan surat pelepasan hak menjadi bukti adanya kasus dugaan penipuan yang dilakukan oknum mantan kadus di Kecamatan Mesuji OKI ini.

"Warga saat membeli tanah waktu itu dengan harga bervariasi antara Rp8 juta hingga Rp10 juta," ucapnya, Rabu 26 Juni 2024.

BACA JUGA:Aturan Baru, Mulai 1 Maret Jual Beli Tanah dan Rumah Harus Lampirkan BPJS Kesehatan

BACA JUGA:BPJS Kesehatan Syarat Jual Beli Tanah Memberatkan Masyarakat

Ternyata, rupanya tanah yang dijual oleh oknum mantan kadus itu tidak tahu lokasinya ada dimana.

Disampaikan Burhanudin, pihaknya telah melaporkan permasalahan ini kepada Pemerintah Desa Pematang Panggang dan telah dilakukan 2 kali musyawarah namun tidak menemukan solusi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: