PHK Massal: Ekonomi Lesu, Buruh Pabrik dan Pegawai Kantoran Terdampak

PHK Massal: Ekonomi Lesu, Buruh Pabrik dan Pegawai Kantoran Terdampak

Pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah terjadi di mana-mana. Baik itu buruh pabrik hingga pegawai atau buruh perkantoran. --

Pemilik pun mengaku sudah tidak mampu mempertahankan bisnisnya. Lantaran sepinya order yang masuk, dengan ditambah beban upah minimum yang terus naik setiap tahun.

Pabrik garmen ini sebelumnya memproduksi pakaian dalam yang juga untuk dipasok ke pasar ekspor. Namun sayangnya, kejayaan pun meredup ketika isu geopolitik, resesi global, hingga kenaikan upah tinggi.

BACA JUGA:Konsulat Jenderal Singapura Kunjungan ke Sumatera Ekspres, Jalin Kerjasama Pendidikan, Ekonomi dan Politik

BACA JUGA:Direktur Ekonomi Baintelkam Polri Mengucapkan Selamat dan Sukses Kepada Iwan Irawan dan Dwitri Kartini

Jadi membuat pabrik tak mampu bertahan dan melakukan PHK terhadap ribuan pekerjanya.

Anggota Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Provinsi Jawa Barat (PPTPJB) Bidang Hukum, Desi Sulastri menyebut kenaikan upah yang signifikan, dengan tidak dibarengi permintaan order yang tinggi membuat pabrik tekstil beserta turunannya bertumbangan.

"Penetapan upah dengan Otoda (otonomi daerah) sejak 10 tahun terakhir membuat industri yang ada mengalami penekanan-penekanan dalam penetapan upah," katanya. 

Ditambah lagi penetapan kenaikan upah dan diiringi dengan pertambahan order atau peningkatan produktivitas, tetapi dengan beralihnya penetapan UMK dengan melalui Otoda, itu tidak lagi menjadi perhitungan. 

BACA JUGA:Lenovo ThinkPlus K3 Speaker Bluetooth Portabel dengan Harga Ekonomis Namun Kualitas Premium, Pilihan Cerdas!

BACA JUGA:ARCHIPELAGO STATE : Target 0% Kemiskinan di IKN dan Dampak Bagi Ekonomi di Indonesia

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengomentari banyaknya perusahaan tekstil yang melakukan PHK belakangan ini khususnya di sektor padat karya. 

Sejumlah pabrik yang melakukan PHK karena aktivitas perusahaan tidak lagi berjalan atau tutup.

"Jika ada perusahaan yang melakukan PHK tentu yang kami dorong adalah bener-bener PHK itu sebagai jalan terakhir. Upaya yang lain kita minta untuk terus dilakukan, efisiensi, kemudian mengedepankan dialog, kita dorong," kata Ida di gedung DPR dikutip Jumat 14 Juni 2024.

Mengenai hal ini, kata Ida, merupakan badai PHK tidak akan selesai dalam waktu dekat. Diprediksi perusahaan lain berpotensi PHK pekerjanya selain industri tekstil.

"Perusahaan-perusahaan yang produksi berkurang karena ekspor berkurang, karena kondisi ekonomi global yang enggak bisa dihindarkan, dan ada pengaruh juga isu tentang Palestina Israel mengurangi produksi perusahaan," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: