Berkat Atap Jembatan di Desa Tanjung Raja, Petani Bisa Panen Padi 2 Kali Setahun, Bahkan Tiga Sampai Lima Kali
Atap Jembatan Desa Tanjung Raja menggunakan PLTS atap yang berfungsi memproduksi listrik dari tenaga surya untuk menggerakkan pompa air mengairi sawah petani. foto: pt ba/sumeks.co.--
BACA JUGA:PLTSa Masih Tahap Survei
“Awalnya kami mau bangun sistem irigasi persawahan karena kesulitan pengairan,” kenangnya.
Lalu lewat pemerintah desa, kami ajukan bantuan CSR (corporate social responsibility) ke salah satu BUMN tambang di Muara Enim.
Ternyata usulan kami direspon, namun biaya pembangunan irigasi permanen terlampau mahal.
Kaur Perencanaan Pemerintah Desa Tanjung Raja ini melanjutkan, petani butuh banyak material bangunan, lahan yang besar dan juga tenaga.
BACA JUGA:Bukit Asam Bangun PLTS Irigasi untuk 150 Hektar Sawah di Lampung Tengah
BACA JUGA:PLTSa Masih Tahap Survei
Sehingga BUMN tersebut menyarankan irigasi sawah pakai pompa air submersible, namun sumber listrik menggunakan energi alternatif PLTS yang lebih murah dan ramah lingkungan.
Perusahaan itu pun mengucurkan dana CSR Rp990 juta membangun PLTS irigasi.
“Selama ini beberapa petani sebenarnya menggunakan genset, tapi biayanya mahal Rp250-500 ribu sehari untuk beli bensin,” ungkapnya.
Energi listrik dari genset itu yang gerakan pompa air, cuma hitung-hitungannya rugi alias tidak balik modal.
BACA JUGA:Bukit Asam Bangun PLTS Irigasi untuk 150 Hektar Sawah di Lampung Tengah
BACA JUGA:PLTSa Masih Tahap Survei
Tidak sebanding hasil tani yang didapat, sehingga genset digunakan saat ancaman kekeringan saja.
Tapi setelah menggunakan pompa irigasi tenaga surya, petani tak perlu lagi bergantung tadah hujan karena pengairan sawah bisa dilakukan kapan saja, terutama saat kemarau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: