Boleh Menikah Asal Syaratnya S3, Doktor ke 11 FKIP Matematika Unsri Teliti PISA financial literacy

Boleh Menikah Asal Syaratnya S3, Doktor ke 11 FKIP Matematika Unsri Teliti PISA financial literacy

--

SUMEKS.CO, PALEMBANG - Banyak yang beranggapan melanjutkan gelar S3 dapat menghambat waktu seseorang ke jenjang pernikahan. Namun, pola prinsip seperti ini malah berkebalikan dengan apa yang dialami seorang dosen pendidikan matematika dari universitas PGRI Palembang, Dr Eka Fitri Puspa Sari Mpd. 

Gelar S3 program doktor pendidikan Matematika dari FKIP Unsri baru saja dirinya peroleh. "Alhamdulillah, lega sudah berhasil menyelesaikan program S3," ungkap Eka usai ujian disertasi program doktor pendidikan matematika di gedung FKIP Unsri, Palembang, Kamis (4/8). 

Ujian disertasi tersebut disaksikan langsung oleh Promotor koordinator prodi S3 pendidikan matematika, Prof. Dr. Zulkardi, M.I.Komp., M.SC, Co Promotor 1, Prof Dr Ratu Ilma Indra Putri MSi dan Co Promotor 2, Dr Darmawijoyo Msi dari Unsri. Serta tim penguji, Prof Dr Hamzah Upu M.Ed dari universitas negeri Makasar. Serta Dr Elly Susanty Mpd dan Dr Yusuf Hartono penguji dari universitas Sriwijaya. 

Sudut pandang keluarga yang notabene berprofesi sebagai tenaga pendidik membuat persepsi pendidikan menjadi hal yang perlu diutamakan. Motivasi yang tinggi dari orang tua mengharapkan Eka segera menyelesaikan program doktor. Namun, fokus tersebut menjadi terbagi karena rencananya untuk menikah. Jika terkadang orang tua mengizinkan anak perempuannya lanjut S3 asalkan sudah menikah. Namun Eka sebaliknya, yang menjadikan S3 jadi syarat jika ingin menikah. "Iya, mengingat pentingnya pendidikan, khususnya dalam keluarga saya. Jadi orang tua kasih syarat, boleh menikah asalkan sudah jadi mahasiswi doktoral," ungkap Eka. 

BACA JUGA:Nunggak Pajak Kendaraan, Siap-Siap Ditilang

Syarat tersebut mau tak mau harus dilakoninya. Terlebih, syarat tersebut cukup positif dan mendukung kemudahan karir mengajarnya sebagai dosen. "Rasanya campur, cuma memang harus ada yang diprioritaskan. Tahun pertama study dan kemudian menikah memang lebih prioritas ke keluarga, tapi bukan berarti kuliah diabaikan. Tetap kuliah dengan cari-cari referensi dan perdalam lagi literatur, kajian pustaka. Setelah tahun ke-2 setelah nikah sampai sebelum sidang terbuka, balik lagi kuliah jadi prioritas biar cepat selesai. Di samping itu juga persamaan mengurus keluarga dan kerjaan," tukasnya.

Meski begitu, bukan berarti program doktoral tersebut dijalani dengan setengah hati. Ujian disertasi Eka mampu membuat penguji dan promotor kagum. Melalui judul Pengembangan soal financial literacy matematika tipe Pisa tingkat sekolah menengah pertama. "Pengetahuan financial literacy atau literasi keuangan menjadi satu dari tujuh literasi di kurikulum K13. Namun setelah ditelusuri, istilah literasi keuangan di sekolah masih sangat awam. Pengaplikasian di sekolah hanya terbatas pada aritmatika sosial sendiri, belum jadi perhatian khusus," ujar Eka.  

Literasi keuangan tergolong hal baru, terlebih lagi mengaitkannya dengan PISA, sebagai standar matematika internasional. Kajian literaturnya juga kebanyakan dari jurnal luar negri. Meski ada juga di Indonesia, tapi lebih ke bidang ekonomi. Sedangkan dari segi pendidikan matematika sangat sedikit. "Dilihat dari disertasi yang sebelumnya juga, sepertinya yang mengaitkan tentang literasi keuangan Insya Allah baru saya yang mengawali. Pendidikan matematika S3 Unsri juga satu satunya yang punya ciri khas keunggulan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Harapannya, disertasi saya ini jadi awal dari peserta didik dan saya sendiri untuk melek keuangan. Bagaimana me manage, berani membuat keputusan keuangan sendiri," sebutnya. 

BACA JUGA:Lapas Kayuagung Gelar Porseni Pegawai dan Warga Binaan

Sementara itu, Promotor koordinator prodi S3 pendidikan matematika, Prof. Dr. Zulkardi, M.I.Komp., M.SC mengatakan filosofi Eka  untuk S3 sebagai syarat menikah dan topik disertasinya menarik. Karena financial literacy sedang tren saat ini di dunia digital. "Intinya kita arahkan mereka setelah dari S3 terus menekuni tentang apa yang diambilnya. Karena tergolong baru, sedang tren dan dia menguasainya. Sehingga diharapkan banyak menemukan riset baru, publikasi baru. Jadi luar biasa, Eka menjadi doktor ke 11 dari pendidikan matematika S3 FKIP Unsri sejak 6 tahun berdiri," ujar Prof Zulkardi. 

Literasi keuangan mengedukasi siswa untuk bagaimana cerdas mengolah uang. Pisa pada bilangan konsentrasinya perhitungan keuangan. Seperti perhitungan jual beli, naik turun saham, kurs mata uang dan sebagai nya. "Contoh mudahnya, ketika anak kita tidak diajari, maka Ia akan boros. Bagaimana memanage uang jajan misalnya. Literasi keuangan saat ini sedang tren karena banyak dipermasalahkan dunia dan negara. Presiden Jokowi pun memberikan perhatian agar skor Pisa di Indonesia bisa meningkat," jelasnya. 

Kemampuan membaca siswa Indonesia dengan skor Pisa 371 di posisi 74, kemampuan matematika skornya 379 berada di posisi 73, kemampuan sains skor 396 posisi 71. Berdasarkan survei PISA tersebut, terdapat 3 masalah utama di bidang pendidikan yang harus segera diselesaikan pemerintah. Masalah pertama adalah besarnya persentase siswa berprestasi rendah. Masalah kedua berkaitan dengan persentase siswa yang mengulang kelas. Masalah selanjutnya adalah tingginya ketidakhadiran siswa di kelas. Menurut Jokowi, diperlukan berbagai upaya perbaikan mulai dari peraturan, anggaran, infrastruktur, manajemen sekolah, kualitas guru, hingga beban administrasi guru. "Sehingga, hingga saat ini pun pemerintah ingin menaikan nilai skor Pisa," pungkas Prof Zulkardi.(ril)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: