Ratusan Kades dan Warga Desa Air Solok Batu Tuntut Keadilan di Kantor Bupati

Kamis 19-09-2024,15:13 WIB
Reporter : Aqda
Editor : Rahmat

BANYUASIN, SUMEKS.CO - Ratusan Kepala Desa (Kades) yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kepala Desa Indonesia Kabupaten Banyuasin, bersama dengan masyarakat Desa Air Solok Batu, Kecamatan Air Salek, menggelar aksi damai di depan Kantor Bupati Banyuasin pada Kamis 19 September 2024.

Aksi ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap Ibrahim, Kades Air Solok Batu, yang tengah menghadapi proses hukum atas dugaan kepemilikan senjata api ilegal.

Mereka datang dengan membawa spanduk dan mengungkapkan aspirasi untuk meminta keadilan bagi Ibrahim yang saat ini sedang menjalani sidang dakwaan.

Ambo Tuo, koordinator aksi, menjelaskan bahwa tujuan dari aksi ini adalah untuk menuntut keadilan dan meminta agar pengadilan memberikan hukuman yang lebih ringan bagi Ibrahim, yang menurut mereka adalah korban dalam situasi tersebut.

BACA JUGA:Astagfirullah, ODGJ Asal Palembang Ini Dibuang Ke Tasikmalaya Dibawa Mobil L300 2 Hari 2 Malam Perjalanan

BACA JUGA:Pj Wali Kota Palembang Paparkan 10 Indikator Program Prioritas

"Pak Ibrahim saat itu berjuang melawan kezaliman dan mempertahankan marwah kepala desa," ungkap Ambo.

Ia menambahkan bahwa Ibrahim tidak bermaksud melakukan tindakan kriminal, melainkan hanya berupaya untuk melindungi diri dari ancaman.

"Beliau adalah korban dari premanisme yang selama ini mengganggu ketertiban desa kami."

Dalam pernyataannya, para kepala desa dan masyarakat juga menyoroti bahwa kejadian tersebut bukanlah tindakan penganiayaan yang direncanakan, melainkan sebuah tindakan yang dipicu oleh situasi yang penuh tekanan.

BACA JUGA:Pj Wali Kota Palembang Paparkan 10 Indikator Program Prioritas

BACA JUGA:Giliran Pemuda Pancasila Deklarasi Dukung Ratu Dewa-Prima Salam di Pilwako Palembang 2024

"Kejadian ini harus dipahami dalam konteks yang lebih luas. Ada ancaman yang nyata terhadap kehidupan Pak Ibrahim sebagai kepala desa," lanjutnya.

Peristiwa yang menimpa Ibrahim terjadi pada 28 Juni lalu, ketika ia terlibat konflik dengan Hamza, yang datang dengan membawa senjata api dan meminta tanda tangan untuk pelimpahan penguasaan parit.

Ibrahim menolak untuk menandatangani surat tersebut karena mengetahui bahwa tindakan itu akan merugikan warga desa. Penolakan tersebut memicu kemarahan Hamza, yang kemudian mengancam Ibrahim.

Kategori :