Dekadensi Moral dan Kesehatan Mental di Era Masyarakat 5.0

Dekadensi Moral dan Kesehatan Mental di Era Masyarakat 5.0

Dekadensi Moral dan Kesehatan Mental di Era Masyarakat 5.0 --

Skrining kesehatan mental merupakan salah satu langkah preventif yang dapat membantu mendeteksi dini gangguan mental pada individu, terutama di kalangan remaja dan anak-anak. 

Sayangnya, pelaksanaan skrining kesehatan mental di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan.

Salah satu tantangan utama adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental, yang sering kali masih dianggap tabu atau tidak seprioritas kesehatan fisik.

Selain itu, keterbatasan akses ke tenaga profesional seperti psikolog dan psikiater, terutama di daerah pedesaan, menjadi hambatan besar dalam pemerataan layanan kesehatan mental. 

Sebagai langkah konkret untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, Kementerian Kesehatan Indonesia di bawah kepemimpinan Menteri Kesehatan Dr. Budi Gunadi Sadikin, telah mengumumkan program skrining kesehatan mental secara nasional. 

Kemudahan berbasis teknologi digital yang ditawarkan di era Masyarakat 5.0 tidak hanya membawa dampak positif, tetapi juga membuka peluang dan tantangan bagi kemerosotan moral. 

Arus informasi yang masif melalui media sosial sering kali tidak disertai dengan filter “etika” yang memadai. Fenomena seperti ujaran kebencian, berita palsu (hoaks), dan normalisasi perilaku destruktif telah menjadi hal yang lumrah terjadi di Platform media sosial.

Sebuah paradoks dan ironi terjadi bahkan di negara paling maju yaitu Amerika Serikat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kasus penembakan yang terinspirasi oleh konten kekerasan di media digital atau pernah mengalami isolasi sosial yang mendalam. 

Salah satu kasus nyata yang mencuat adalah  insiden penembakan di sekolah-sekolah, di mana para pelaku, yang sebagian besar merupakan remaja, menunjukkan tanda-tanda gangguan kesehatan mental yang diabaikan.

Teknologi, meskipun menawarkan akses informasi yang luas, sering kali menjadi sarana untuk memperparah isolasi dan memperkuat ideologi destruktif. 

Kasus lain yang mengejutkan adalah kematian tragis Rose Bronstein dari Chicago, Illinois. Insiden ini melibatkan tindakan cyberbullying yang berkepanjangan, di mana Rose menjadi sasaran serangan verbal dan pelecehan melalui media sosial. T

ekanan psikologis yang dialami remaja ini mencerminkan dampak berbahaya dari media digital ketika digunakan tanpa pengawasan otoritas yang memadai. 

Kasus ini menggarisbawahi pentingnya intervensi terhadap literasi digital dan perlunya mengajarkan empati serta tanggung jawab dalam berkomunikasi di dunia maya.

BACA JUGA:Telkomsel Luncurkan ProtekSi Kecil! Internet Aman untuk Anak di Era Digital

BACA JUGA:Tetap Waras di Era Digital, Polda Sumsel Helat Seminar Kesehatan Mental Remaja, Antisipasi Kejahatan Siber

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: