Ulama Besar Palembang : Sheikh Abdus Somad al-Palembani, Sang Pengambil Jalan Tengah Kritik Praktek Tarekat

Ulama Besar Palembang : Sheikh Abdus Somad al-Palembani, Sang Pengambil Jalan Tengah Kritik Praktek Tarekat

Abdus Somad al-Palembani--net

BACA JUGA:NGERI! Ulama Sufi Yakini Imam Mahdi Sudah Turun ke Bumi, Syaikh Hisham Al Kabbani: Bencana Besar Akan Terjadi!

Selanjutnya di bidang tauhid dimulai dengan menghafal matan-matan ilmu kalam/usuluddin menurut paham Ahlus Sunah wal Jamaah yang bersumber dari Imam Syeikh Abul Hasan al-Asy’ari dan Syeikh Abu Mansur al-Maturidi.

Abdus Somad ternyata senang dan mendalami ilmu sufi melalui Syeikh Muhammad bin Samman, selain itu Dia juga mendalami kitab-kitab tasawuf karya Syeikh Abdul Rauf Singkel dan Samsuddin Al-Sumaterani, yang kedua-duanya merupakan ulama dari Aceh. 

Karena sejak kecil Abdus Somad lebih banyak mempelajari ilmu tasawuf, dalam sejarah tercatat bahwa dia adalah ulama yang memiliki kepakaran dan keistimewaan dalam cabang ilmu tasawuf.

Setelah Syeikh Abdus Somad banyak hafal matan, sewaktu masih di Patani, Syeikh Abdus Somad telah dipandang alim, kerana dia adalah sebagai kepala thalaah (tutor), menurut istilah pengajian pondok.

BACA JUGA:Ulama Ingin Segera Akhiri Tahun 2023, Tak Sabar Nantikan Peristiwa Besar untuk Umat Islam di 2024, Ada Apa?

Setelah tiba masanya, ayahnya berusaha mengantar anak-anaknya melanjutkan pelajarannya ke Makkah. 

Memang merupakan satu tradisi pada zaman itu seseorang belumlah di pandang memadai, jika belum menuntut ilmu di Mekah dan Madinah.

Untuk mendalami ilmu agama di pusat ilmu Islam, segera ayahnya menghantar anaknya itu ke Arab yaitu Makkah, dan Madinah. 

Tidak jelas kapan waktunya Abdus Somad menginjakkan kaki tanah Arab, namun menurut sedikit informasi sejarah, dikatakan kepergiannya terjadi saat Abdus Somad dewasa. 

BACA JUGA:Masjid Sultan Agung Palembang Dibangun Atas Gotong Royong Alim Ulama dan Warga Sekitar

Di negeri Arab, Abdus Somad terlibat pertemanan dengan para penuntut ilmu dari tanah Jawa, dan menjadi teman seperguruan, di antaranya ada nama Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdul Wahhab Bugis, Abdul Rahman Al-Batawi, dan Daud Al-Fatani. 

Walaupun Dia menetap di Mekah, tidak membuat Abdus Somad al-Palembani melupakan negeri leluhurnya. Syeikh Al-Palembani, menurut Azyumardi, tetap memberikan perhatian besar pada perkembangan sosial, politik, dan keagamaan di Nusantara.

Syeikh Abdus Somad mengalami perubahan besar berkaitan dengan kematangan intelektualitas dan spiritual sejak dia mendalami ilmu di tanah Arab.

Perkembangan dan perubahan tersebut tidak terlepas dari proses pendalaman Ilmu keislaman murni yang diberikan para gurunya di Mekah dan Madinah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: