Mahasiswa Asal Aceh 15 Tahun KKN di Maluku, Pulang Jadi Pahlawan, Ceritanya Bikin Merinding
Muhammad Kasim Arifin--
BACA JUGA:HEBOH! Terdakwa Dugaan Penerima Suap Rp45 Miliar Lukas Enembe 'Ngamuk' Diruang Sidang
Dia membantu masyarakat untuk membuka jalan desa, membangun sawah baru, membuat irigasi.
Dia tidak menunggu bantuan dari pemerintah. Dia membangkitkan semangat masyarakat untuk bergotong-royong.
Kasim peduli pada petani lebih dari dirinya sendiri. Dia pun mendapat kasih sayang dari semua orang.
Dia disapa Antua, sebutan bagi orang yang dihormati di Waimital. Kasim begitu larut untuk membantu masyarakat, sampai-sampai dia lupa pulang.
Seharusnya dia di Waimital hanya tiga bulan. Tapi dia merasa tugasnya belum selesai.
Bahkan saat semua teman-temannya pulang, dia tetap menjadi petani. Bahkan semua temannya telah diwisuda, dia masih setia di kampung itu. Hingga semua temannya lulus dan menjadi pejabat, dia tetap memilih di kampung itu hingga 15 tahun.
Merasa ada yang tidak beres dengan anaknya, orang tua Kasim di Aceh pun memanggilnya untuk pulang.
Meski Kasim. Bahkan Rektor IPB, Profesor Andi Hakim Nasution, memanggilnya kembali, dia masih juga tak bergeming.
Tak kurang akal, Rektor IPB lalu mengutus Saleh Widodo, seorang teman kuliah Ķasim, untuk menjemputnya di sana.
Dengan berat hati, laki-laki kelahiran Langsa, Aceh, 18 April 1938 itu bersedia ke Jakarta, lalu Bogor, hanya dengan sandal jepit dan baju lusuh.
Kampus memanggilnya untuk menyelesaikan studi. Kasim sejatinya tak butuh gelar akademik, tapi dia tak kuasa menolak permintaan teman-temannya. Dia mengaku tidak sanggup membuat skripsi.
Teman-temannya berinisiatif untuk merekam kisahnya di Waimital untuk diajukan sebagai skripsi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: