Literasi Digital Sektor Pemerintahan kepada ASN dan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika RI

Literasi Digital Sektor Pemerintahan kepada ASN dan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika RI

--

BACA JUGA:Simak! Tips Belajar Matematika Dari Peraih Emas Olimpiade Sains Nasional

Materi mengenai Kultur Digital ASN dalam Perspektif Kode Etik ASN dibawakan oleh Komisioner Pokja Pengawasan Bidang Penerapan Nilai Dasar, Kode Etik, dan Kode Perilaku ASN, dan Netralitas ASN, Arie Budhiman. Arie menjelaskan bahwa terdapat disrupsi yang dihadapi ASN.

“Kemarin kita mengalami Covid-19 yang membuat cara kerja ASN berubah menjadi semakin terdigitalisasi. Nah, tantangan baru yang kita hadapi selanjutnya adalah Pemilu tahun 2024, apakah kita bisa memanfaatkan momentum ini untuk membuat kinerja kita semakin baik atau justru sebaliknya. Itulah yang harus dipersiapkan oleh para ASN,” jelas Arie.

Empat Pilar Literasi Digital untuk Membentuk Netralitas dan Kultur Digital ASN Sesuai dengan Kode Etik ASN Materi pertama mengenai Kecakapan Digital dibawakan oleh Guru Besar dan Peneliti Bidang Rekayasa Perangkat Lunak Fasilkom Universitas Indonesia, Eko Kuswardono Budiarjo.

Eko menjelaskan bahwa dalam kecakapan digital terdapat formula 4+1 yakni menyeleksi, memahami, menganalisis, dan memverifikasi, agar kita dapat berpartisipasi.

BACA JUGA:Bayar Zakat Boleh Menggunakan Uang dari Hutang, Ini Penjelasan Ustad Abdul Somad

“Formula ini juga sebagai tolak ukur sudah sejauh mana ASN mendalami kecakapan digital. Kecakapan digital ini juga berguna bagi organisasi yakni kecakapan dalam memilih perangkat keras dan lunak yang cocok untuk tupoksi atau tugas kita,” ungkapnya.

Materi selanjutnya mengenai Keamanan Digital dibawakan oleh Inisiator Pemberdayaan Informatika Kabupaten Pemalang, Andri Johandri. Dalam paparannya Andri menjelaskan bahwa Keamanan digital perlu dipahami sebagai tanggapan dan mitigasi dari dampak negatif digitalisasi.

“Nyatanya masih banyak orang-orang yang membuat password yang menggunakan tanggal lahir dan hal lainnya yang mudah ditebak. Memang serangan siber atau peretasan itu ada, namun kita harus lebih waspada untuk menjaga data kita sendiri. Mungkin yang bisa kita mulai saat ini adalah mengatur pemakaian gawai,” tambahnya.

Materi berikutnya mengenai Etika Digital dibawakan oleh Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Haryatmoko. Dalam paparannya, Haryatmoko menjelaskan bahwa digitalisasi turut berdampak pada kesehatan mental, oleh karena itu butuh kebijaksanaan dalam merespons digitalisasi.

BACA JUGA:Catat, ini Imam-Khatib Salat Ied Idulfitri di Masjid Agung Palembang

“Bagi ASN, sikap kritis menjadi penting dalam penggunaan media sosial supaya adanya peningkatan pelayanan publik. Kalau dulu kita diawasi oleh deontologi jurnalistik. Namun, sekarang di media sosial kita kehilangan kontrol. Salah satu fenomenanya adalah ujaran kebencian yang merajalela dan bersembunyi di balik kebebasan pendapat. Hadirnya etika komunikasi akan mempengaruhi terbentuknya netralitas dan sikap kritis," tambah Haryatmoko.

Materi terakhir mengenai Budaya Digital dibawakan oleh Dosen Universitas Bina Nusantara Bekasi, Cornelia Istiani. Dalam materinya, Cornelia menekankan bahwa teknologi telah mengubah perilaku dan pengalaman manusia dalam kehidupan sehari-hari, serta mengubah cara hidup kita.

"Perlu diketahui bahwa teknologi telah mempengaruhi perilaku dan pengalaman manusia dalam kehidupan sehari-hari, termasuk cara kita hidup dan berinteraksi di ruang digital. Oleh karena itu, perubahan dari pengaruh digitalisasi ini perlu kita respons secara positif,” jelas Cornelia.

Literasi digital sektor pemerintahan di lingkungan ASN Kemenkominfo ini merupakan salah satu upaya literasi digital untuk sektor pemerintahan dalam rangkaian kegiatan program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: