Sultan Muhammad Mansyur, Raja Kedua Kesultanan Palembang Darussalam Yang Terkenal Alim dan Pemberani

 Sultan Muhammad Mansyur, Raja Kedua Kesultanan Palembang Darussalam Yang Terkenal Alim dan Pemberani

Makam Sultan Muhammad Mansyur, Raja Kedua Kesultanan Palembang Darussalam.-Fadli-

PALEMBANG, SUMEKS.CO - Selain terkenal dengan sejarah Kerajaan Sriwijaya, Kota Palembang juga dikenal dengan sejarah Kesultanan Palembang Darussalam.

Kesultanan Palembang Darussalam adalah suatu kerajaan Islam di Pulau Sumatera, berdiri selama dua abad yakni tahun 1659-1825 yang berpusat di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

Bukti adanya Kesultanan Palembang Darussalam, yakni terdapat beberapa makam zuriat yang mana telah ditetapkan oleh pemerintah Kota Palembang sebagai cagar budaya yang patut dilestarikan.

Salah satunya yakni makam Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago, yang merupakan raja kedua dari Kesultanan Palembang Darussalam, yang dimakamkan di Guguk Kebon Gede (Makrayu), Kelurahan 30 Ilir Kecamatan IB II Palembang.

BACA JUGA:Gedung NV Jacobson Van Den Berg & Co di Palembang, Bekas Kantor Perusahaan Dagang Belanda

Sultan Muhammad Mansyur atau sebutan lain Sunan Kebon Gede lahir sekitar tahun 1660 di lingkungan Keraton Palembang, merupakan anak kedua dari raja pertama Kesultanan Palembang Darussalam, yakni Kyai Mas Hindi atau dikenal dengan Sultan Abdurrahman Candi Walang.

Sedangkan ibunya bernama Ratu Agung binti Kemas Martayuda Mudo bin Kemas Martayuda Tuo bin Ki Panca Tanda bin Ki Gede Ing Karang Panjang.

Sultan Muhammad Mansyur memerintah Kesultanan Palembang Darussalam pada abad ke-17 yakni pada tahun 1706-1714.

Di masa remajanya, Sultan Muhammad Mansyur dididik langsung oleh ayahnya sendiri Sunan Candi Walang, kemudian ia menuntut ilmu agama pula kepada ulama-ulama besar Palembang waktu itu seperti Sayid Mustofa Assegaf bin Sayid Ahmad Kiayi Pati, Faqih Jalaluddin, Sayid Syarif Ismail Jamalullail, Khatib Amir Thayib.

BACA JUGA: Kampung Kapitan, Awal Mula Keturunan Tionghoa di Palembang

Julukan Pangeran Jayo Ing Lago didapat Sultan Muhammad Mansyur, dikarenakan pada usia muda Sultan Muhammad Mansyur telah mampu memenangi peperangan di daerah Jambi, oleh sebab itu diberikan gelar Jayo Ing Lago yang artinya Jaya di laga.

Dikisahkan bahwa telah terjadi peperangan antara Raja Batu dengan Sultan Gede di Jambi. Sultan Gede terdesak dan minta bantuan kepada Sultan Palembang. Maka Sultan Abdurrahman menanyakan kepada beberapa putranya yang siap maju membantu Sultan Gede Jambi.

Sultan Abdurrahman sempat marah, karena sampai tiga kali pertanyaan tapi tidak ada satupun putranya yang menjawab, Dengan marah dan kesalnya, Sultan Abdurrahman berkata: “Jikalau tidak karena rambutku sudah putih dan muda tentulah aku yang pergi, tak akan Palembang menanggung malu!”.

Kemudian Sultan Muhammad Mansur berani menawarkan diri, yang berkata “Daulat tuanku, ananada tiadalah berkata sanggup, sebab masih ada yang lebih tua dari ananda, tetapi apabila ayahnda titahkan maulah ananda pergi ke Jambi itu.” 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: