Legenda Serta Mitos Tragis Dibalik Asal-Usul Penamaan Talang Keranggo di Kota Palembang

Legenda Serta Mitos Tragis Dibalik Asal-Usul Penamaan Talang Keranggo di Kota Palembang

Salah satu makam keramat di Kawasan Talang Keranggo, Ilir Barat I, Kota Palembang. -Fadli -

PALEMBANG, SUMEKS.CO - Talang Keranggo, nama kawasan di Kecamatan Ilir Barat I, Kota Palembang, dikenal daerah pengrajin tenun songket khas Palembang.

Selain itu, di Talang Keranggo juga terdapat kompleks pemakaman keturunan zuriat Kesultanan Palembang Darussalam, atau biasa masyarakat asli Palembang yaitu Ungkonan Kesultanan Palembang Darussalam.

Didalam kompleks makam tersebut itulah, dimakamkan salah satu Sultan dari masa Kesultanan Palembang Darussalam pada abad ke 16, yakni  Kiranggo Wirosentiko yang akhirnya diabadikan sebagai nama daerah tersebut yakni Talang Keranggo.

Berdasarkan informasi yang dihimpun,  Kiranggo Wirosentiko merupakan tokoh penting dalam bidang keagamaan.

BACA JUGA:Ternyata, Gedung Kantor Pos Palembang, Pernah Diperebutkan Belanda dan Jepang

Selain sebagai menteri di era Kesultanan Palembang, Kiranggo yang bernama asli Kemas Kiranggo Wirosentiko bin Kemas Ranggo Diwangso bin Kms Ngabehi Rakso Upayo bin Kms Temenggung Yuda Pati, dikenal memiliki kemampuan dalam bidang arsitektur pada masa kekuasaan Sultan Mahmud Baddarudin Jayo Wikramo Lemabang (1724-1757).

Kiranggo Wirosentiko merupakan saudara sepupu dengan Sultan Mahmud Badarudin I Jayo Wikramo, dan beliau juga merupakan arsitek yang membangun Masjid Agung Palembang, serta turut membangun komplek pemakaman di daerah Lemah Abang yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kawah Tekurep.

Asal mula dibangunnya Gubah Kiranggo Wirosentiko, yaitu ketika ia mendengar keinginan Sultan Mahmud Badaruddin I untuk memiliki sebuah komplek pemakaman keluarga Kesultanan Palembang Darussalam.

Oleh karena itu, bergegaslah beliau membangunkan sebuah gubah di tanah tinggi yang di sebut Talang, dengan maksud menyenangkan hati sang Sultan.

BACA JUGA: Fakta Tentang Kawasan di Km 5 Palembang Diberi Nama Talang Ratu, Dulu Banyak Pohon Bidara

Begitu selesai gubah tersebut, diberitahukannya kepada Sultan dan mereka sama-sama pergi melihat hasilnya.

Namun setelah di amat-amati oleh baginda, bertitahlah ia kepada Kiranggo Wirosentiko, “Sungguh bagus kerjaanmu itu, Sentik. Tetapi gubah itu untuk perempuan kau perbuatkan. Bukan untuk aku, sebab memakai sumping. Sebab itu, ambil sajalah untukmu.”

Semenjak itu, gubah tersebut digunakan oleh Ki Ranggo Wiro Sentiko beserta keluarga dan para keturunannya.

Selain memiliki nilai historis bagi masyarakat asli Palembang, daerah Talang Keranggo juga punya mitos berkaitan dengan Gubah Pengantin. yang juga berada didalam kompleks makam belakang kantor CPM Ilir Barat I Palembang.

BACA JUGA:Nama Talang Keramat, Ternyata Berawal dari Kisah Pilu Sang Buaya Berwujud Manusia

Adapun mitos yang beredar dimasyarakat yakni Gubah batu berbentuk setengah lingkaran ini menceritakan tentang kematian tragis sepasang pengantin yang baru menikah.

Meskipun telah menikah, sepasang pengantin yang saling mencintai ini tidak berani menunjukkan kemesraan layaknya pasangan suami-istri secara terang-terangan sebagaimana adat budaya Palembang saat itu.

Ketika malam datang dan mereka duduk berduaan, keduanya masih menunjukkan sifat malu-malu.

Yang wanita membelakangi sang pria, yang pria tidak berani berbicara ataupun menyentuh sang wanita.

BACA JUGA:Banyak Nama Kawasan Palembang Berawal Kata Talang, Nomor 7 Jadi Legenda

Pada saat ada seekor nyamuk hinggap di punggung wanita tersebut, sang suami pun masih tak berani mengusirnya dengan tangan.

Akhirnya ia mencabut keris yang terselip dipinggangnya dengan maksud mengusir nyamuk itu dengan kerisnya.

Namun ia lupa, bahwa keris yang terselip dipinggangnya mengandung bisa yang sangat keras.

Tak sengaja bilah tajam keris tersebut menggores kulit sang wanita dan meninggalkan racun yang mematikan.

BACA JUGA:Bangunan Museum Tekstil Sumsel Dulu Digunakan Sebagai Kantor Gubernur Pemerintahan Hindia Belanda

Tidak lama kemudian wanita tersebut pun mati keracunan. Takut dihantui rasa bersalah sang pria akhirnya memutuskan untuk ikut mengakhiri hidupnya dengan menghujamkan keris yang sama yang telah membunuh istrinya.

Sejak saat itulah, berdasarkan mitos yang berkembang tersebut masyarakat sekitar lebih mengenal gubah sebagai Gubah Pengantin dibandingkan tempat dimakamkannya Kiranggo Wirosentiko seorang tokoh dari masa Kesultanan Palembang Darussalam.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: