Mendadak Belanda Minta Maaf atas Perbudakan Termasuk di Indonesia, Akibat Penjajahan Masih Terasa Hingga Kini
PM Rutte berbicara dengan tamu undangan yang hadir. (foto: ap photo/ peter dejong)--
BACA JUGA:Ngadu ke DPRD Sumsel, GMPN Minta Stop Operasional Angkutan Batu Bara di Muratara
"Dibutuhkan dua orang untuk melakukannya supaya permintaan maaf bisa diterima," kata Roy Kaikusi Groenberg dari Yayasan Kehormatan dan Pemulihan, sebuah organisasi Afro-Suriname Belanda.
Dia merasa ada kesalahan, jika para aktivis yang merupakan keturunan budak sudah berjuang selama bertahun-tahun untuk mengubah diskusi nasional, tetapi tidak diajak berkonsultasi secara memadai.
Perdana Menteri Aruba, Evelyn Wever-Croes, mengatakan permintaan maaf disambut baik dan merupakan "titik balik dalam sejarah di dalam Kerajaan."
BACA JUGA:Cara Masak Ayam Rica-Rica yang Super Lezat dan Disukai Keluarga, Simak Resep Lengkapnya
Namun, muncul pula kritik.
Apa yang benar-benar hilang dari pidato [maaf] ini adalah tanggung jawab dan pertanggungjawaban," kata Armand Zunder, ketua Komisi Reparasi Nasional Suriname, meski pun dia juga mengakuinya sebagai "langkah maju".
"Jika Anda menyadari kejahatan terhadap kemanusiaan telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah Anda mengatakan 'saya bertanggung jawab untuk itu, kami bertanggung jawab untuk itu' .... saya memang berbicara tentang reparasi (ganti rugi)."
PM Rutte mengesampingkan uang ganti rugi pada konferensi pers pekan lalu, meski pemerintah Belanda menyiapkan dana pendidikan 200 juta euro. (fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: