Kain Jumputan Palembang, Lebih Banyak Menggunakan Warna Berani

Kain Jumputan Palembang, Lebih Banyak Menggunakan Warna Berani

Pegawai Galeri Zainal Songket, memperlihatkan salah satu motif Kain Jumputan Palembang, Senin, 19 Desember 2022.-Edy Handoko-

BACA JUGA:Iriana Jokowi Tiba di Griya Agung Palembang, Saksikan Proses Pembuatan Tenun Songket dan Tanam Pohon Manggis

Sedangkan penyebutan teknik pembuatan kain jumputan di setiap wilayah berbeda-beda. Palembang, kain jumputan dinamai dengan kain pelangi karena motifnya yang bermacam dan indah. 

Sementara di Banjarmasin, kain ini dikenal dengan nama Sasirangan dan masyarakat Jawa menyebut dengan istilah tritik.

Umumnya, teknik pembuatan kain jumputan di Palembang, lebih menerapkan metode strich and dye. Yaitu membuat jelujur dengan benang pada bidang kain dengan mengikat pola yang telah ditentukan. 

Selanjutnya ditarik erat-erat sehingga berkerut-kerut, lalu dimasukkan ke dalam larutan pewarna kain.

BACA JUGA:Berkunjung ke Kampoeng BNI di Ogan Ilir, Mengenal Kerajinan Tenun Songket

Bagi konsumen yang tertarik mengoleksi jumputan, dapat mengunjungi lokasi penjualan kain khas Bumi Sriwijaya di kawasan 26 ilir sebagai sentral pengrajin kaim tenun atau di pasar tradisional.

Karena pembuatan kain jumputan yang cukup rumit, untuk harga rata-rata di pasaran berkisar Rp250 ribu hingga jutaan rupiah. 

Harga ini tergantung bahan, tingkat kesulitan, serta model busana yang dijahit.(*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: