Kabupaten Muratara: Saksi Bisu Lokasi Perang Rebut Kemerdekaan Indonesia

Kabupaten Muratara: Saksi Bisu Lokasi Perang Rebut Kemerdekaan Indonesia

Ilustrasi--

MURATARA, SUMEKS.CO - Wilayah Kabupaten Musirawas Utara (Muratara) Provinsi Sumatera Selatan, merupakan saksi bisu kemerdekaan karena menjadi salah satu kawasan teritorial perang.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya artefak peninggalan Belanda, hingga historia Garuda Merah dan Garuda Putih di wilayah ini.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial Kabupaten Muratara, Nafrizal menceritakan, orang tuanya dulu merupakan salah satu ketua veteran perang yang membawahi wilayah Kabupaten Muratara.

Gejolak perang merebut kemerdekaan RI melawan bangsa penjajah pernah membara di wilayah ini. Mulai dari wilayah Karang Jaya, Rupit, hingga wilayah Rawas Ulu yang berbatasan Sumsel-Jambi pernah menjadi saksi bisu tragedi itu.

"Diperbatasan Sumsel-Jambi itu dulu ada dua Garda Batalyon perang Garuda Merah di Sumsel dan Garuda Putih di Jambi. Tapi dari beberapa wilayah di Muratara, wilayah Rawas Ulu itu menjadi lokasi puncak mempertahankan kedaulatan negara," cerita Nafrizal.

BACA JUGA:Soeharto Sastrosoeyoso, Kakek dari Istri Bupati Ogan Ilir Dapat Gelar Pahlawan Nasional

Lebih lanjut diceritakan Nafrizal, banyak sisa artefak Belanda di wilayah Muratara khususnya di wilayah Rawas Ulu, seputar wilayah kelurahan. Mulai dari bunker Belanda di depan kantor camat, Benteng Belanda yang saat ini dijadikan Pasar Surulangun, makam penjajah belanda di samping Kantor Pos Surulangun, hingga makam pahlawan di Kelurahan Surulangun.

"Dulu ada tiga pejuang kita yang meninggal di perbatasan Sumsel-Jambi saat perang melawan agresi Belanda. Makanya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Surulangun Rawas," ujarnya.

BACA JUGA:Pemerintah Terapkan PPKM Level 1, Sumsel Masuk Zona Kuning

Namun dirinya menyayangkan sejumlah aktefak dan saksi sejarah itu, kini mulai banyak dilupakan. Untuk memperingati Hari Pahlawan 10 November 2022, Dinas Sosial Kabupaten Muratara sudah mendata masih ada 3 veteran perang yang masih hidup di Muratara.

Tiga veteran itu yakni Ahmad Rozali (90) pejuang Kemerdekaan RI (PKRI) asal Desa Muara Kulam, Aminah (90) danda veteran perang, dan Djedin Anang (90) PKRI asal Kelurahan Karang Jaya.

"Dulu banyak veteran perang di wilayah kita. Tapi sekarang sudah banyak yang meninggal dan cuma sisa tiga orang lagi. Nama mereka ini yang tercatat di legiun perang Subkos Kota Lubuklinggau," ungkapnya.

BACA JUGA:Warga Palembang sudah Bisa Pesan Tiket Kereta Persiapan Nataru 2023, Mulai Hari Ini

Dikatakan Nafrizal, sejumlah veteran ini mendapat tunjangan biaya bulanan dari legiun veteran perang. Namun di Hari Pahlawan ini Pemda Muratara akan ikut menyalurkan santunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: