Rekomendasi LD PBNU Soal Larangan Penyebaran Wahabi Mulai Direspon Warganet
Rakernas LD PBNU (foto: LD PBNU Instagram )--
SUMEKS.CO, - Rekomendasi Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD-PBNU) soal aturan yang melarang penyebaran ajaran Wahabi di Indonesia mulai mendapat respon.
Usai ramai pemberitaan LD PBNU, kata kunci 'Wahabi' pun masuk ke ranking 23 trending topic Indonesia dengan 6.096 kicauan per Jumat (28/10) pukul 19.46 WIB.
Respon tersebut di antaranya dari akun @azrina97Mil mengakui ada penyimpangan dari ajaran Wahabi. Namun, ia meminta tak sembarangan untuk mencap pihak tertentu dengan label itu.
"Berbenah diri lebih baik, dakwah yang benar, pakai hadist² shahih. Wahabi memang menyimpang, aqidahnya khawarij, dibawa oleh Abdul Wahab bin Rustum, wafat tahun 211 h, dah kelar."
"Tapi label wahabi itu janganlah disematkan sembarangan, pada orang yang tidak disukai," kicau dia.
Senada, akun @arkham1818 risau dengan rekomendasi LD PBNU yang bisa berujung pelabelan bagi kelompok yang tak sejalan.
"Ketika pelarangan itu disetujui maka selanjutnya arti Wahabi diartikan sesuai dg kepentingan sepihak, yg tidak cocok dan tidak sejalan dicap Wahabi, bukan di maknai sesuai ajaranya yg sebenarnya," ucapnya.
Akun @panca_negara khawatir rekomendasi ini justru memecah belah masyarakat.
BACA JUGA:Mengapa LD PBNU Mendorong Pemerintah Melarang Penyebaran Paham Wahabi di Indonesia
"Ini sebenernya siapa sih yang pemecah belah umat. Asal akidahnya sama knapa harus saling sikut," cetusnya.
Apalagi, kata @a__ha_n_, belum ada kepastian definisi yang jelas antara Salafi dan Wahabi dalam rekomendasi itu.
"Selama salafi dan wahabi (dengan definisi yg tak jelas) masih dianggap satu hal yg sama. Maka selama itu pula isu isu, fitnah sejenis akan subur untuk memecah belah umat," ujar dia.
Akun @cahyosetiadi menilai mestinya kaum yang dituding Wahabi ini "Harusnya diajak diskusi, dirangkul."
Alih-alih merisaukan kelompok tertentu yang 'menguasai' masjid, akun @pengguna_new menyarankan kaum Nahdliyin untuk memakmurkannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: