Guru Penggerak, Hadirkan Semangat Perubahan
Ahmad Basuki (tengah) Guru penggerak SMPN 1 Banjarmasin.--
SUMEKS.CO, BANJARMASIN,- Bagi Seorang Ahmad basuki (50) bisa jadi guru penggerak, berawal dari kebiasaan buka website disaat pandemic ternyata ada pendaftaran guru penggerak. Pria yang keseharian mengajar bahasa inggris di SMPN 1 Banjarmasin, awalnya tidak tahu guru penggerak itu kedepannya mau gimana, ternyata setelah tahu dan mengikutinya. guru penggerak kedepannya bisa jadi pengawas dan kepala sekolah.
Selama 23 tahun menjadi guru, untuk disekolah ini sudah berjalan 4 tahun selebihnya diseputar kalimatan, saya melihat setiap guru di Indonesia harus memiliki motivasi berbagi dan belajar. Kalau hal itu sudah dimiliki maka silakkan gabung di guru penggerak. "Setiap guru harus menyukai sifat mau berbagi serta terus bergerak untuk melakukan perubahan dari segi metode pelajaran," ujar Ahmad.
Semua itu, pada akhirnya berdampak pada kualitas murid semakin bagus serta bisa bersaing di tingkat nasional. Memulai sebagai guru penggerak angkatan kedua (Maret 2021-Des 2021), dengan konsep pelatihan 9 bulan nyatanya kami bisa berkolabarasi sesama guru dan didukung juga sekolah kami sebagai sekolah penggerak. Bagi ahmad kedepannya bisa bergerak bersama untuk maju.
Intinya, guru-guru penggerak tidak boleh diam harus memberikan sesuatu kebaikan dan perubahan. Kebaikan tersebut akan kembali lagi kepada guru. "Di era digital ini guru harus mengikuti perkembangan jaman, harus ada sedikit sentuhan yang baru dan dimana efeknya kepada siswa,"terangnya.
Disisi lain, Ni Nyoman Gayatri Puspa Wardhani siswi kelas 8 mengatakan guru penggerak membuat mata pelajaran lebih maju dari sekolah lain. Kami keseharian diajarkan bagaiman cara membuat project seperti project tentang demokrasi, pembelajaran tentang pembuatan kue tradisional banjar yang mengandung ke arifan local, dan market day disini kita diajarkan menjadi wirausahaan yang baik.
Selanjutnya, model pembelajaran ini dianggap keren dan sebuah inovasi. Jadi kami sebagai siswa tidak hanya menghafal saja, dikelas diam, tapi kami ditantang serta dilatih menghadapi kehidupan nyata serta menjadi pribadi yang dewasa.
Lalu, disekolah pengerak ini kami dilatih untuk menyuarakan isi pikirannya, misalnya ada seorang guru mengajar lalu kami memberikan masukkan bahwa mengajar ada yang kurang, selalu berdasarkan buku saja.
"Kami sebagai murid tidak ingin belajar berdasarkan buku terus karena ada titik kejenuhan dan guru harus terpacu untuk menampilkan metode belajar yang lain, seperti lewat music atau film.
Terakhir, guru penggerak harus lebih banyak pola mengajar, semoga guru lebih dekat dengan muridnya, lebih bisa memahami siswa dan siswa bisa mengerti dengan guru,"tutup Gayatri. (Dod)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: