"Kami berfokus pada pelestarian ekosistem Lamun yang kaya biodiversitas dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam menghadapi tantangan perubahan iklim" ujarnya.
BACA JUGA:Puncak Ibadah Haji Telah Dilewati, 81 Ribu Jemaah Haji Indonesia Kembali ke Tanah Air
BACA JUGA:Hadiri Rapat Kerja Komite I DPD RI, Menteri AHY Sampaikan Hal Ini
Melalui gerakan ini, Ia berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ekosistem lamun sebagai Karbon Biru, habitat biota-biota laut seperti ikan, kerang dan teripang dan mengingat Lamun juga merupakan makanan bagi penyu dan Dugong salah satu hewan yang terancam punah.
Siti menyoroti bahwa, dari 3 ekosistem penting di laut, jika dibandingkan dengan ekosistem mangrove dan coral lamun kerap kali dianaktirikan karena banyak sekali potensi dari lamun yang belum disadari.
Lamun sendiri merupakan satu-satunya tanaman berbunga yang dapat hidup dan beradaptasi di berbagai kondisi salinitas, dari air payau hingga tinggi.
"Selain memberikan perlindungan dan habitat bagi banyak spesies laut, lamun juga memainkan peran penting dalam mengurangi emisi karbon dioksida dan berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim," tambahnya.
BACA JUGA:Kiamat Batal, Peramal India Ini Berikan Prediksi soal Jadwal Terbaru!
Mengenai program Lamun Warrior, Siti menyatakan bahwa ini adalah upaya berkelanjutan yang terus berjalan. "Kami mengundang semua pihak untuk bergabung dan mendukung upaya konservasi ini. Setiap langkah kecil yang kami ambil, termasuk menanam lamun, merupakan kontribusi nyata untuk keberlanjutan Bumi," lanjut Siti.
Riza Damanik Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM juga dalam sambutannya, merupakan satu gerakan aksi lingkungan aksi konkret menyelamatkan ekosistem pesisir supaya masa depan ekonomi dan masyarakat menjadi lebih baik.
"Kita percaya kalau lautnya sehat, kalau lamunnya sehat maka lautnya akan semakin produktif, kalau lautnya produktif maka ekonomi masyarakatnya juga akan semakin sehat, hidupnya juga menjadi lebih aman dan tenang karena terhindar dari ancaman bencana," ujar Riza Damanik.
Sementara, menurut data dari Badan Energi Internasional (IEA), emisi gas rumah kaca dari sektor energi terus meningkat, mencapai 36,8 gigaton pada tahun 2022.
Indonesia saat ini menempati peringkat keenam sebagai salah satu kontributor emisi karbon terbesar di dunia, dengan total emisi sekitar 691,97 juta ton CO2 pada tahun 2022.