Suhu permukaan laut (SST) di Pasifik tengah dan timur juga terpantau mendingin sejak Desember 2023, disertai dengan suhu air di bawah permukaan yang jauh lebih dingin dibandingkan rata-rata.
Sekedar informasi tambahan, El Nino dan La Nina adalah fenomena cuaca ekstrem di Samudra Pasifik yang berdampak besar pada iklim global.
El Nino terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik tengah meningkat, meningkatkan potensi awan di area tersebut dan mengurangi curah hujan di Indonesia.
BACA JUGA:Musim Kemarau Datang Lebih Awal, Awas Waspadai Kekeringan Parah Tahun 2024
Sementara La Nina terjadi ketika suhu permukaan laut di area yang sama menurun, mengurangi pertumbuhan awan dan dapat menyebabkan curah hujan tinggi di Indonesia.
Ciri-ciri El Nino termasuk lemahnya angin pasat timur dan curah hujan rendah di dekat Indonesia tetapi tinggi di dekat Peru, sementara suhu udara naik.
Di sisi lain, La Nina ditandai dengan penguatan angin pasat barat, curah hujan tinggi di Indonesia tetapi rendah di dekat Peru, dan penurunan suhu udara.
Kedua fenomena ini muncul setiap 2-7 tahun, berlangsung selama 9-12 bulan, dan La Nina biasanya lebih jarang daripada El Nino.
BACA JUGA:Indonesia Bakal Alami Musim Kemarau Lebih Kering Usai Dilanda Suhu Panas
Dampaknya terasa luas, mempengaruhi infrastruktur, pertanian, dan energi global. Contohnya, El Nino 2014-2016 menyebabkan kekeringan di Asia dan Kanada, merusak panen, dan berdampak pada lebih dari 60 juta orang menurut FAO.
Di Indonesia, El Nino menyebabkan kekeringan dan cuaca panas, sementara La Nina menyebabkan banjir dan cuaca dingin.
Keduanya dapat menyebabkan gagal panen, mempengaruhi ekonomi, dan membuat nelayan lebih rentan terhadap penyakit.