Kesedihan Rasulullah Saat Istrinya Khadijah Wafat, Sang Pelipur Lara dan Pemberi Semangat

Kesedihan Rasulullah Saat Istrinya Khadijah Wafat, Sang Pelipur Lara dan Pemberi Semangat

Ilustrasi--dok:sumeks.co

SUMEKS.CO - Rasulullah menanggung kesedihan teramat mendalam saat Khadijah, istri tercinta sang pelipur lara dan pemberi semangat telah wafat.

Semasa hidupnya Khadijah telah mempersembahkan jiwa, raga bahkan harta untuk penyampaian risalah dakwah yang prosesnya begitu pahit.

Sedikit banyak kondisi kesehatan Khadijah semakin memburuk lantaran paceklik dari pemboikotan ekonomi dan sosial oleh kaum kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad serta kabilah Bani Hasyim.

Bagaimana tidak, dalam rentang waktu tiga tahun Khadijah, Nabi Muhammad, dan keluarganya telah kekurangan makanan dan minuman, dibatasi pula segala aktivitasnya.

BACA JUGA:Ada Berapa Istri Ali bin Abi Thalib dan Siapa yang Paling Dicintai?

Harta kekayaan Khadijah sampai dikuras habis untuk dakwah Rasulullah SAW. Hingga tidak ada selembar kain pun dia miliki.

Bahkan baju yang dikenakan Khadijah di saat menjelang ajal adalah pakaian kusam yang menurut para ulama terdapat 83 tambalan.

Di samping itu, usia Khadijah memang sudah tidak muda lagi. Badannya semakin lemas karena menahan sakit yang memberatkan tubuhnya. 

Dalam keadaan sakit Khadijah terus berdzikir kepada Allah, meminta ampun kepada-Nya, mengharapkan ridha dan rahmat-Nya.

BACA JUGA:Kisah Sahabat Tuna Netra yang Membuat Rasulullah Muhammad SAW Mendapat Teguran dari Allah SWT

Hingga keadaan kesehatannya semakin parah, diriwayatkan Khadijah berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, dengarkanlah pesan-pesanku ini.”

Lalu beliau menuturkan pesannya yang pertama. "Pertama, selama aku bersamamu, mungkin aku sering lalai melaksanakan kewajibanku kepadamu. Maafkanlah aku."

Nabi Muhammad SAW menjawab, “Aku tidak pernah melihatmu lalai menjalankan kewajiban. Engkau telah sungguh-sungguh melaksanakannya dengan baik, bahkan sering lelah. Engkau bahkan juga telah mengorbankan hartamu untuk kepentingan sosial kemanusiaan.”

Kemudian dilanjutkan dengan wasiat yang kedua.

BACA JUGA:Nasihat Ustadz Felix Siauw Tentang Cara Memilih Pasangan, Biar Nggak Nyesel Setelah Menikah

“Perhatikanlah Fatimah. Kelak, sepeninggalku ia akan menjadi anak yatim. Maka, tak boleh ada satu pun orang  yang menyakiti hatinya. Tak boleh ada orang yang memukulnya, dan tak boleh ada orang yang mengecewakannya.”

Setelah itu, Khadijah berkata: “Wahai Rasulullah, pesanku yang ketiga akan kusampaikan pada putriku Fatimah, karena aku malu mengatakannya padamu.”

Rasulullah SAW keluar dari kamar tersebut dan Khadijah memanggil Fatimah. Lalu berkata “Wahai kekasih dan buah hatiku, katakan pada ayahmu bahwa ibuku berkata, ‘Aku takut siksa kubur. Karena itu, aku berharap kain yang dikenakan ayahmu saat menerima wahyu digunakan untuk mengafaniku.’”

"Aku malu dan takut memintanya sendiri,” tutur Khadijah yang disambut dengan titisan air mata. 

BACA JUGA: Stop Mencela Makanan! Begini Adab yang Rasulullah Ajarkan Pada Makanan yang Tidak Kita Sukai

Kemudian  Fatimah keluar dan menyampaikan pesan ibunya kepada ayahnya. Rasulullah SAW segera memberikan kain tersebut kepadanya. Setelah itu, Fatimah segera membawakannya kepada ibunya, dan Khadijah pun merasa sangat berbahagia.

Sementara itu, Rasulullah dengan setia dan penuh kasih sayang terus berada di sisi Khadijah sang belahan hatinya tersebut yang tengah terbaring lemah.

Nabi Muhammad SAW berkata, ”Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu dan telah dipersiapkan tempatmu di surga,” kata Rasulullah.

Dalam salah satu riwayat diceritakan bahwa saat menjelang wafatnya, Khadijah menangis. Lalu Rasulullah saw berkata: “Wahai Khadijah, mengapa menangis? Bukankah engkau penghulu wanita seluruh alam semesta dan istri Nabi yang telah memperoleh berita gembira dari Allah dengan sebuah rumah di surga?”

BACA JUGA:1 Jumadil Akhir Jatuh Pada 14 Desember 2023, Ada 6 Peristiwa Bersejarah Umat Islam Didalamnya, Apa Saja?

Khadijah menjawab “Bukan  karena itu aku menangis. Aku menangisi Fatimah, karena pada malam pernikahannya, harus ada seorang wanita yang dapat menggembirakan hatinya dan mengurusi seluruh kebutuhannya, sementara usia putriku, Fatimah, masih sangat muda sekali.”

Rasulullah saw berkata: “Wahai kasihku, aku berjanji, jika masih dikaruniai usia oleh Allah SWT hingga hari itu, aku akan melakukan tugasmu.” 

Sampai akhirnya, Khadijah mengembuskan nafas terakhirnya dipangkuan Nabi Muhammad. Didekapnya sang istri dengan perasaan pilu yang teramat sangat.

Air mata mulia Rasulullah SAW tumpah dan semua orang yang ada di situ semuanya menangis.

BACA JUGA:Dajjal, Tantangan Besar Perempuan Akhir Zaman, Bagaimana Cara Menghadapinya?

Khadijah wafat tepatnya di hari ke 11 bulan Ramadhan pada tahun ke 10 kenabian Rasulullah SAW, saat itu usianya sudah 65 tahun, sedangkan Rasulullah berusia 50 tahun.

Nabi Muhammad SAW masih tidak kuasa membendung air matanya untuk tidak keluar dan mengalir di pipinya ketika orang terkasihnya pergi.

Saat Khadijah sudah wafat, Rasulullah Saw sendiri yang mengurusi seluruh keperluan jenazahnya; memandikan, mengkafani, dan sebagainya.

Ketika Rasulullah SAW hendak memakaikan kafan, tiba-tiba Jibril turun, lalu berkata pada Rasulullah Saw: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah Swt mengucapkan salam padamu dan berfirman, ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya kafan Khadijah adalah dari kami, karena dia telah mengorbankan hartanya demi Kami."

BACA JUGA:Obat Anti Stress dan Kunci Kelapangan Hidup Bagi Seorang Muslim, Cek Disini Penjelasannya

Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan. 

Rasulullah menjawab salam Jibril, kemudian bertanya, ”Untuk siapa sajakah kain kafan itu, ya Jibril?” 

”Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fatimah, Ali, dan Hasan,” jawab Jibril yang tiba-tiba berhenti berkata, kemudian menangis. 

Melihat Jibril menangis Rasulullah pun bertanya, ”Kenapa, ya Jibril?” 

BACA JUGA:6 Amalan yang Bisa Dikerjakan di Bulan Jumadil Akhir, Ringan Dijalankan Tapi Pahalanya Istimewa

“Cucumu yang satu, Husain, tidak memiliki kafan. Dia akan dibantai, tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan,” jawab Jibril.

Mendengar penjelasan itu bertambah beban kesedihan yang Rasulullah rasakan.

Rasulullah SAW segera mengafani Khadijah dengan dua kain kafan; yang pertama dengan selendangnya, yang kedua dengan kain kafan yang dibawa Jibril. Dengan demikian, kain kafan Khadijah terdiri dari dua lapis; yang satu dari Rasulullah, dan kedua dari Allah SWT.

Rasulullah SAW berkata di dekat jasad Khadijah, ” Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, aku tak akan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Maha mengetahui semua amalanmu”. 

BACA JUGA: Jangan Sampai Tabarruj! Begini Adab Perempuan Muslim dalam Berhias

Bagi Rasulullah SAW Khadijah merupakan istri yang sangat istimewa. Diriwayatkan ketika Khadijah sedang sakit menjelang ajalnya yang ada dipikiran Khadijah adalah baktinya kepada Rasulullah. Khadijah berkata kepada Rasulullah “Aku mohon maaf kepadamu ya Rasulullah, kalau Aku sebagai istrimu belum berbakti kepadamu.” 

Rasulullah menjawab “Jauh dari itu ya Khadijah, Engkau telah mendukung dakwah Islam dengan sepenuhnya,” jawab Rasulullah.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: