Nama Jembatan Ikon Palembang Ini Awalnya Bukan Ampera, Diganti Sebagai Bentuk Kekecewaan Kepada Bung Karno?

Nama Jembatan Ikon Palembang Ini Awalnya Bukan Ampera, Diganti Sebagai Bentuk Kekecewaan Kepada Bung Karno?

Sejarah nama jembatan ikon Kota Palembang sebelum berganti nama Ampera.--

BACA JUGA:Menyeramkan! Cerita Mistis Jembatan Ampera yang Membuat Bulu Kuduk Merinding

Disebut Jembatan Musi dengan merujuk nama Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. 

Usulan ini sebetulnya tergolong nekat, sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000. 

Tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, HA Bastari. 

Pendampingnya, Wali Kota Palembang M Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu.

BACA JUGA:Masih Misteri, Jembatan Ampera Diyakini Sebagai Jembatan Musi 1, Ayo Kita Telusuri Bagaimana Sejarahnya

Usaha yang dilakukan Pemprov Sumsel dan Kota Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. 

Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota. 

Bung Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200).

Pembangunan Jembatan Ampera dipusatkan di wilayah hilir yang merupakan kawasan pusat kota, terutama kawasan 16 Ilir. 

Sewaktu pembangunan Jembatan Ampera, banyak sekali bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang dibongkar, salah satunya pusat perbelanjaan terbesar Matahari atau Dezon, Kantor listrik (OGEM), dan Bank ESCOMPTO.

BACA JUGA:8 Fakta Jembatan Ampera. Pernah Menjadi Jembatan Terpanjang di Asia Tenggara

Bangunan peninggalan Belanda yang tidak dibongkar hanya menara air atau waterleding yang sekarang digunakan sebagai Kantor Wali Kota. Di bagian hulu, banyak perumahan penduduk yang juga ikut dibongkar.

Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.

Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: