Asal Mula Orang Palembang Dijuluki Wong Kito Galo, Ternyata Julukan Itu Tidak Diakui! Begini Alasannya
Alun-alun Kota Palembang, Benteng Kuto Besak yang menjadi tempat nongkrong warga Palembang.--dok : sumeks.co
PALEMBANG, SUMEKS.CO - Orang Palembang sering juga disebut dengan istilah Wong Kito Galo. Terutama oleh masyarakat luar.
Arti dari Wong Kito Galo dalam Bahasa Palembang, tidak hanya sekadar sebutan yang digunakan oleh orang Palembang untuk menyebut sesama mereka.
Namun terkadang, masyarakat luar Palembang pun mengetahui julukan Wong Kito Galo yang sudah tidak familiar lagi.
Secara umum, kata Wong merujuk pada orang, kito artinya kita, dan galo memiliki arti semua. Jika digabungkan secara umum arti kata Wong Kito Galo ialah Orang Kita Semua.
BACA JUGA: 5 Kata Sindiran Bahasa Palembang yang Tidak Boleh Sembarang Diucapkan
Orang Palembang memiliki kebiasaan menggunakan panggilan wong kito saat berbicara satu sama lain.
Hal ini tidak hanya menjadi cara untuk memanggil sesama orang Palembang, tetapi juga menjadi identitas yang membedakan mereka dari kelompok di luar Palembang.
Sebagai contoh, dalam percakapan antara dua orang Palembang. Jika salah satu orang bertanya "Siapo dio?" lawan bicara akan membalas Wong Plembang jugo atau Wong kito galo. Memiliki arti orang Palembang juga. Atau kita semua orang Palembang.
Dengan demikian, ketika seseorang diakui sebagai bagian dari kelompok Wong Kito Galo mereka juga lebih mudah diterima oleh anggota kelompok lainnya.
BACA JUGA:Unik, Beberapa Kawasan di Palembang Ada Sebutan Laut Tapi Tidak Ada Laut, Kok Bisa?
Dilansir dari berbagai sumber, Wong Kito Galo adalah hasil percampuran dari tiga budaya utama, yaitu Melayu, Jawa, dan Cina.
Kata Wong berasal dari bahasa Jawa. Konsep ini dapat dijelaskan melalui pandangan para pemimpin terakhir masyarakat Palembang sebelum masa penjajahan, yang menganut paham feodalisme.
Penting untuk dicatat bahwa Kesultanan Palembang Darussalam adalah entitas yang berasal dari budaya Jawa. Sedangkan istilah Palembang yang merujuk pada nama tempat, memiliki sejarah yang diambil dari kronik Tiongkok, tepatnya dalam kata "Pa-lin-fong".
Keterangan Pa-lin-fong dapat ditemukan dalam buku Chu-fan-chi yang ditulis oleh Chou-Ju-Kua pada tahun 1178.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: