Tak Hanya Fisik, Mental Anak Juga Harus Diperhatikan dalam Mencegah Stunting

Tak Hanya Fisik, Mental Anak Juga Harus Diperhatikan dalam Mencegah Stunting

Ilustrasi pencegahan stunting pada anak.--dok : sumeks.co

Tak Hanya Fisik, Mental Anak Juga Harus Diperhatikan dalam Mencegah Stunting

PALEMBANG, SUMEKS.CO - Pembangunan manusia tidak hanya terbatas pada aspek karakter, tetapi juga memperhatikan kesehatan mental.

Medi Heriyanto, kepala BKKBN Sumsel, menjelaskan bahwa saat ini perhatian tidak hanya difokuskan pada masalah fisik seperti stunting pada anak-anak, tetapi juga pada kesehatan mental mereka.

Hal ini disebabkan oleh kondisi saat ini yang cenderung mendorong anak-anak untuk menjadi lebih individualis.

Angka penderita stres meningkat dari 6,1 persen menjadi 9 persen, sedangkan orang yang sering tersenyum dan berbicara sendiri mengalami peningkatan dari 7,1 persen menjadi 7,2 persen.

BACA JUGA:Wapres: Angka Stunting Harus Turun Jadi 14 Persen pada Tahun 2024

"Kita semua harus memperhatikan hal ini," ungkapnya dikutip dari sumateraekspres.id.

Selama ini, pembangunan lebih banyak difokuskan pada aspek fisik seperti pembangunan jalan dan gedung, sementara pembangunan keluarga sering terlupakan.

"Pembangunan fisik seperti jalan memang memberikan hasil yang terlihat dengan cepat, sedangkan pembangunan keluarga, ketahanan, dan kesejahteraan keluarga memberikan hasil yang terlihat lebih lambat. Itu adalah upaya jangka panjang dan tidak dapat dilihat dengan cepat seperti pembangunan fisik," jelasnya.

Menurut Medi, upaya untuk menurunkan angka stunting di Sumsel dilakukan melalui berbagai tingkatan, mulai dari edukasi mengenai perubahan perilaku seperti menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

BACA JUGA:Turunkan Stunting Signifikan di Kabupaten OKI, Bupati Iskandar Terima Penghargaan Satyalancana Wira Karya 2023

Selain itu, perhatian juga harus diberikan pada masalah gizi yang sering diabaikan, di mana terkadang yang penting hanyalah anak makan.

"Dalam hal ini, penting untuk mengubah perilaku dan pola pikir. Selain itu, juga penting untuk mendorong peningkatan asupan gizi guna mencegah stunting. Sebagian besar anak yang mengalami stunting berasal dari keluarga kurang mampu," tambahnya.

Oleh karena itu, semua komponen yang ada, baik pemerintah maupun non-pemerintah, serta keluarga, diharapkan dapat berpartisipasi dalam upaya menanggulangi stunting, seperti melalui program Bapak Asuhan dan Bunda Asuh.

Dalam rangka membantu keluarga yang membutuhkan bantuan untuk meningkatkan asupan gizi, Gubernur Sumsel dan Bupati Banyuasin diberi penghargaan sebagai Bapak Asuh Anak Stunting, misalnya dengan memberikan bantuan telur kepada keluarga yang kurang mampu.

BACA JUGA:Wabup Banyuasin Tegaskan Komitmen Cegah Stunting

"Selain faktor gizi, sanitasi dan akses terhadap air bersih juga penting. Oleh karena itu, kita mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengatasi masalah stunting ini," lanjutnya.

Saat ini, angka stunting di Sumsel mencapai 18,6 persen, dengan target penurunan menjadi 14 persen, yang berarti masih perlu penurunan sebesar 4,6 persen lagi.

Pada tahun sebelumnya, angka penurunan mencapai 6,2 persen. Oleh karena itu, harapannya adalah pada tahun 2023, pencapaian dapat setara dengan tahun 2022 sehingga angka stunting dapat melampaui target atau berada di bawah 14 persen.

BACA JUGA:29 Desa Lokus Prioritas Stunting di Kabupaten Muara Enim

"Kami berharap target tersebut dapat tercapai. Kami optimis melihat semangat yang luar biasa dari 17 kabupaten/kota yang berkomitmen untuk menurunkan angka stunting," pungkasnya.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: