Dalam pembangunnya, Alex Noerdin juga menguraikan beberapa kendala yang dihadapi oleh pemerintah saat itu diantaranya terkendala soal anggaran.
Menurutnya, jika untuk pembangunannya menggunakan APBD Sumsel saja tidaklah cukup sehingga perlu dana masuk dari investasi, APBN, dari penyertaan modal pemerintah dan swasta.
Alex Noerdin Ungkap Alasan di Balik Pembongkaran Pasar Cinde Palembang--
Namun, selaku kepala daerah saat itu memikirkan cara agar banyak bantuan diluar dari APBD yaitu cara pertama melalui adanya event berskala nasional dan internasional.
"Saat itu ada Asian Games, Asian University Games, Islamic Solidarity Games dan lain sebagainya. Dan berkat event itu Pemprov Sumsel dapat bantuan Rp90 triliun dalam waktu tiga tahun," ungkapnya.
Hanya saja, masih kata Alex bantuan itu bukan berupa uang namun bantuan berupa pembangunan sarana dan prasaran seperti jalan tol, jembatan, fly over, renovasi airport dan lain sebagainya.
Kemudian, lanjut Alex cara kedua yakni melalui kerjasama dengan pihak ketiga atau yang lebih dikenal dengan sebutan Build Operate and Transfer (BOT).
Dijelaskannya, bahwa sistim BOT tersebut lahan Pasar Cinde milik Pemprov Sumsel bekerjasama dengan investor untuk mengelola lahan dan dalam beberapa waktu tertentu akan jadi milik Pemprov.
"Namun selama pengelolaan itu tetap ada kontribusi untuk Pemprov Sumsel, karena sistim BOT itu berbatas waktu akan jadi milik Pemprov Sumsel," tuturnya.
Lalu, masih kata Alex permasalahan muncul saat itu ada ribut-ribut saat proses pembongkaran Pasar Cinde berlangsung diantaranya terkait dengan cagar budaya.
Kemudian datanglah Dirjen Kebudayaan dari Jakarta, yakni Pak Didit Aryanto ketemu saya di Griya Agung.
Dirjen Kebudayaan saat itu menyarankan, bahwa Pasar Cinde memang sudah didaftarkan diregistrasi untuk cagar budaya tapi belum di SK-kan karena walikota tidak ada kompetensi.