BACA JUGA:Kontroversi Film Ria Ricis yang Sedang Proses Cerai, Kiblat, MUI Minta Bioskop Stop Tayang
Di Negeri Paman Sam itu, peralihan penonton dari televisi konvensional ke streaming sudah terjadi sejak 2016.
Sepuluh tahun lalu di AS, penonton TV kabel menduduki peringkat pertama terbanyak. Menyusul TV free to air (tidak berbayar atau pakai antena), kemudian TV streaming di peringkat tiga.
Namun saat ini, penonton TV streaming justru menduduki peringkat pertama. Menyalip TV kabel dan TV tak berbayar.
Sinetron Masih
Jadi Idola
Bagaimana di Indonesia? Tentu saja menunjukkan tren yang sama dengan Amerika Serikat. Meski Indonesia dinilai tertinggal 10 sampai14 tahun dalam perkembangan media dibandingkan dengan AS.
Namun penurunan belanja iklan televisi di Indonesia sudah mulai terjadi sejak 2016. Dan terjadi lonjakan belanja iklan digital di saat yang sama.
Data PubMatic menyebutkan, dari tahun 2018-2019 saja, iklan digital Indonesia mencapai Rp36,5 triliun.
Namun menariknya, jika di AS TV streaming meraih jumlah penonton terbanyak.
Di Indonesia, penonton terbanyak masih diduduki TV free to air (tidak berbayar, pakai antena).
Bukan itu saja, dari jenis acara pun terlihat perbedaan yang cukup kentara antara selera penonton di AS dan Indonesia.
Di AS, jenis acara TV terbanyak ditonton adalah siaran berita dan acara olahraga (Piala Dunia dan sebagainya).
Namun di Indonesia, tontonan yang memperoleh rating tertinggi jumlah penontonnya justru drama seri (sinetron) dan reality show.
Drama seri adalah jenis acara yang meraih rating tertinggi di AS sepuluh tahun lalu. Namun kini, selera penonton di As sepertinya berubah. Acara berita dan olahragalah yang meraih jumlah penonton paling banyak.
Ancaman Bagi
Identitas Anak Bangsa
Dari analisa itulah, penulis memprediksi, disrupsi yang terjadi di Indonesia akan mengikuti apa yang telah terjadi di AS. TV streaming akan mengalahkan TV konvensional dan itu sepertinya hanya tidak menunggu waktu.