Apalagi era teknologi 5.0 sudah di depan mata, yang berarti, akses dan kecepatan jaringan internet tidak akan menjadi masalah lagi di negara kita ke depannya.
Namun hal itu juga membawa masalah besar. Era media streaming akan menjadikan arus konten produksi negara barat, sebagai pemasok konten terbesar dunia, akan deras masuk ke Indonesia.
BACA JUGA:Diam-Diam Facebook Sedot Data Pengguna untuk AI, Australia Mulai Investigasi Besar
BACA JUGA:Ramai di Medsos, Pengantin 'Sikok Bagi Duo' Asal Muratara Persunting 2 Wanita Sekaligus
Hal ini akan menimbulkan masuknya nilai-nilai dan karakter barat yang akan menggerus karakter masyarakat terutama anak bangsa.
Prof Dr Widodo Muktiyo, Guru Besar Ilmu Komunikasi Fikom Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengingatkan itu dalam kata pengantar di buku ini.
Prof Widodo Muktiyo menegaskan, para konten creator Indonesia harus bergerak dan produktif dalam mengatasi derasnya arus konten streaming dari luar.
Karena hal itu bisa menjadi “benteng” untuk melindungi identitas bangsa.
Secara garis besar, buku ini sangat direkomendasikan sebagai acuan bagi mahasiswa, akademisi, jurnalis, maupun peneliti yang mendalami era disrupsi media terutama dalam industri televisi dan media streaming.
Sebagai praktisi media dengan pengalaman selama 30 tahun lebih, Irwan Setyawan mengulas hal itu dengan begitu detil, praktis, dan sistematis.
Penulis adalah lulusan sarjana komunikasi dari UNS Solo dan magister komunikasi dari Universitas Mercu Buana Jakarta.
Telah berkarir sebagai jurnalis Jawa Pos sejak masih sebagai mahasiswa. Sebagian besar karirnya dijalani di media cetak, namun kemudian beralih ke televisi.
Terakhir, penulis adalah Direktur Jawa Pos TV, jaringan tv yang memiliki 53 stasiun televisi. Terbesar kedua di Indonesia saat ini,
Irwan Setyawan saat ini adalah akademisi di Tanri Abeng University (TAU), dosen praktisi di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jakarta, juga dosen tamu di berbagai perguruan tinggi lainnya.. (*)