"Sehingga kita agak longgar mencari kekurangan yang 63,4 persen itu. Perbulannya hanya Rp 6 m yang perlu kita cari," ungkap Panji Gumilang.
Selama ini Panji Gumilang berkoar-koar seolah-olah ponpes yang dipimpinnya itu, tidak bergantung dari siapapun. Bahkan dirinya perna melontarkan bila pesantren itu mandiri dalam segala hal.
Muhammad Ikhsan Alumni Al Zaytun (2000-2006) bingung. Kenapa almamater kebanggaannya itu sekarang menjadi seperti ini.
Menurutnya, selama enam tahun dirinya mengenyam pendidikan di Ponpes Panji Gumilang itu (2000-2006) tidak ada ajaran yang menyimpang.
BACA JUGA:Mantan Anggota NII Beberkan Penggalangan Dana Miliaran Rupiah Ponpes Al Zaytun, Ternyata dari Sini
Diangkatannya itu pelajaran itu fifty-fifty. Jadi istilahnya 50-50. Dikenalnya santri dalam dan santri luar.
Meski begitu dia mengakui bahwa para santri di Al- Zaitun sebagian adalah anak dari orang-orang NII.
Menurut Ikhsan dirinyalah orang pertama yang mempertayakan soal salat Idul di Ponpesnya beberapa waktu lalu.
“Saya orang pertama mempertanyakan kok begini Panji Gumilang,” ujarnya setelah mengetahui cara salat saat Idul Fitri di almamaternya itu.
Alumni Al Zaytun Indramayu Jawa Barat yang menunjukkan ijazahnya selama 6 tahun belajar di ponpes Panji Gumilang itu.
Salah satu diantaranya menyebut bahwa orang-orang yang menyambut para pendemo belum lama ini bisa dilihat dari mukanya.
“Mereka bukan santri”, tegasnya di acara TV One belum lama ini.
Pria bernama Muhammad Ikhsan ini tampil seraya menunjukkan ijazahnya.
BACA JUGA:Orang Tua Diseret-seret, Jawaban Alumni Al Zaytun yang
Jadi sudah ada 2 alumni santri yang sudah menunjukkan Ijazahnya.