Mendengar itu hilanglah murka Sultan Abdurrahman, lalu bertitah kepadanya: “Baiklah, pergilah engkau hai Mansur! tak peduli engkau masih muda, asal berani, jangankan manusia sedang kucingpun jika berani tentu ku titahkan, supaya kita jangan malu!” Maka diperlengkapilah ia dengan laskar pilihan, lalu berangkatlah ke Jambi.
Setibanya di Jambi, Sultan Muhammad Mansyur pun berperang dengan pasukan Ki Demang Kecek, karena terlalu hebat perang tersebut membuat Kesultanan Palembang Darussalam hampir kalah.
Namun, dengan takdir Allah, Ki Demang Kecek saat hendak melompat dan menyambar Sultan Muhammad Mansyur tiba-tiba tombaknya mengenai ujung jari Ki Demang Kecek, hingga membuat Ki Demang Kecek mati seketika.
Sepulangnya dari Jambi, ia dinobatkan menjadi Sultan, memerintah selama 12 tahun. Pada tahun 1714, Sultan Muhammad Mansur wafat dan dikebumikan di Kebon Gede (Kelurahan 32 ilir Palembang). Oleh sebab itu ia dikenal dengan sebutan Sunan Kebon Gede.
BACA JUGA:7 Rumah Adat di Provinsi Sumatera Selatan, Selama Ini Belum Banyak yang Tahu
Sultan Muhammad Mansyur memiliki beberapa orang isteri diantaranya ialah Ratu Pamekas binti Raden Arya bin Sido Ing Pesarian, Nyimas Sengak Jambi, Ratu Mas Pertiwi, Ratu Mas Dangur Jambi, dan lain-lain.
Dari permaisuri dan para isterinya ini beliau dianugerahi 23 orang putra-putri, termasuk diantaranya yakni Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo (SMB I).
Hingga saat ini, makam Sultan Muhammad Mansyur yang turut dijadikan nama jalan di lokasi makam tersebut masih terjaga dan terawat dengan baik, berdampingan dengan makam sang istri.
Selain itu, di lokasi yang berdekatan dengan jembatan Musi 6 dimakamkan pula para kerabat, zuriat dan ahli agama pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Mansyur.(*)