Ketimpangan Sosial, Flexing Pejabat, dan Luka Perbandingan Diri di Media Sosial

Ketimpangan Sosial, Flexing Pejabat, dan Luka Perbandingan Diri di Media Sosial

“Ketimpangan Sosial di Era Digital: Flexing Pejabat & Krisis Kepercayaan Publik--

Written by: Zaid Amin, Ph.D. Dosen Teknk Informatika Universitas Bina Darma (UBD)

Pakar Human-Computer Interaction (HCI) dan Teknologi Persuasif Email: [email protected]

“Wajah baru ketidaksetaraan; Media Sosial kini menjadi sebuah kaca pembesar yang memperlihatkan luka-luka sosial.”

Fenomena “flexing” pejabat kini menjadi sorotan global. Di Nepal, publik dikejutkan oleh sejumlah pejabat yang secara terang-terangan memamerkan mobil mewah, rumah megah, serta gaya hidup glamor di media sosial, di tengah rakyat yang masih terhimpit krisis ekonomi berkepanjangan. 

Pertunjukan kemewahan ini memicu gelombang kemarahan luas. 

Warga menilai para pejabat tidak peka terhadap penderitaan rakyat, bahkan semakin memperlebar jarak sosial antara penguasa dan masyarakat.

Kemarahan itu kemudian bereskalasi menjadi aksi perlawanan jalanan, dimana rumah pejabat dirusak, kendaraan dibakar, dan beberapa pejabat menghadapi bentuk “hukuman sosial” yang brutal. Dalam sejumlah kasus, amarah massa bahkan berujung pada jatuhnya korban jiwa. 

Fenomena di Nepal ini menunjukkan bagaimana flexing tidak sekadar persoalan etika, tetapi bisa memicu krisis kepercayaan publik dan ledakan sosial yang berbahaya.

Situasi serupa juga terjadi di Indonesia. Dari jam tangan mewah hingga mobil sport, aksi pamer kekayaan pejabat kerap menuai amarah publik.

BACA JUGA:Nepal Pilih Perdana Menteri Lewat Discord, Terpilih Wanita Tua Saat Menjabat Garang Pada Koruptor

BACA JUGA:RUSUH di Nepal, Massa Bakar Gedung Parlemen Pejabat Diserang dan Kini Pemerintah Ambruk


Zaid Amin, Ph.D. Dosen Teknk Informatika, Universitas Bina Darma Pakar Human-Computer Interaction (HCI) dan Teknologi Persuasif Email: [email protected]

Bahkan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencatat bahwa sejumlah kasus korupsi terungkap justru berawal dari flexing pejabat yang gaya hidupnya tidak sebanding dengan laporan harta kekayaannya. 

Namun persoalan ini jauh lebih fundamental daripada sekadar persoalan etika pejabat. Di satu sisi, media sosial menghadirkan tontonan kemewahan yang seolah tanpa batas, di sisi lain, rakyat kecil terhimpit oleh beban ekonomi yang kian kompleks. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait