Nelayan Banyuasin Mengeluhkan Harga Bahan Bakar Mahal, Sekda Banyuasin Minta Perhatian Pemerintah

Nelayan Banyuasin Mengeluhkan Harga Bahan Bakar Mahal, Sekda Banyuasin Minta Perhatian Pemerintah

Nelayan Banyuasin mengharapkan perhatian lebih dari pemerintah terkait tingginya harga bahan bakar yang membebani operasional kapal mereka.--

BANYUASIN, SUMEKS.CO - Sebagai salah satu wilayah penghasil perikanan terbesar di Sumatera Selatan, Kabupaten BANYUASIN menjadi pusat kegiatan nelayan baik yang bergerak di sektor perikanan tangkap maupun budidaya.

Namun, di balik potensi besar yang dimilikinya, nelayan Banyuasin kini menghadapi masalah besar terkait tingginya harga bahan bakar minyak (BBM).

Hal ini mengancam kelangsungan hidup mereka, khususnya nelayan tangkap skala kecil yang sangat bergantung pada biaya operasional kapal.

Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Banyuasin, Erwin Ibrahim, masalah bahan bakar ini telah menjadi keluhan utama nelayan di wilayahnya.

BACA JUGA:Wabup Netta Hadiri Festival Sriwijaya Ke-33, Tunjukkan Dukungan untuk UMKM Banyuasin Agar Maju dan Berkembang

BACA JUGA:Bupati Banyuasin Sambut Delegasi Tiga Negara dalam Workshop dan Study Visit Ekonomi Berbasis Kearifan Lokal

Ia menyampaikan keluhan tersebut kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Selatan beberapa waktu lalu.

“Nelayan terkendala pada bahan bakar yang mahal,” kata Erwin Ibrahim.

Kondisi ini tentu sangat memberatkan para nelayan, apalagi mereka yang memiliki kapal dengan kapasitas kecil, yang memiliki kebutuhan bahan bakar lebih banyak.

Selain masalah bahan bakar, nelayan yang bergerak di sektor budidaya juga mengalami kesulitan serupa. Pakan ikan yang mereka gunakan, yang sebagian besar berasal dari Lampung, juga menjadi beban biaya tambahan yang mengurangi keuntungan.

BACA JUGA:Pemerintah Banyuasin Siap Memberangkatkan 231 Jamaah Calon Haji Tahun 2025

BACA JUGA:Wakil Bupati Banyuasin Pimpin Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2025

"Pakan dari Lampung, jadi tidak terlalu untung," ujarnya, menggambarkan bagaimana kondisi ini mempengaruhi keberlanjutan usaha budidaya ikan di Banyuasin.

Di tengah tantangan ini, data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa nilai tukar nelayan di Banyuasin masih berada pada angka yang cukup rendah, yakni 100, sebuah angka yang mencerminkan kesulitan ekonomi yang dialami nelayan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait