Tisu vs Air: Mana yang Lebih Sehat? Menyingkap Kebiasaan Cebok Orang Eropa dan Fakta di Baliknya

Berikut ini fakta kesehatan mengenai penggunaan tisu toilet saat cebok--
SUMEKS.CO - Meski di banyak negara Asia dan Timur Tengah penggunaan air untuk membersihkan diri setelah buang air menjadi standar kebersihan, berbeda halnya dengan Eropa.
Di benua biru itu, penggunaan tisu toilet masih menjadi cara utama untuk "cebok" atau membersihkan diri setelah buang air besar.
Tapi, tahukah Anda bahwa kebiasaan ini lebih dipengaruhi oleh budaya dan sejarah dibanding alasan kesehatan?
Mari kita telusuri akar sejarahnya, yang dituliskan dalam artikel berikut itu berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber Sabtu 26 April 2025.
BACA JUGA:Komunikasi yang Sehat: Kunci Membangun Kesehatan Mental di Era Modern
BACA JUGA:Remaja Jompo Wajib Tahu: Khasiat Daun Kelor Nggak Cuma Buat Orang Tua
Tisu toilet modern pertama kali diproduksi secara massal pada tahun 1857 oleh Joseph Gayetty di Amerika Serikat. Produk ini semula dijual dalam bentuk lembaran dan disebut-sebut sebagai barang mewah.
Seiring waktu, tisu toilet menjadi kebutuhan rumah tangga di dunia Barat, terutama setelah inovasi dalam desain toilet dan saluran air berkembang pesat di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Ilustrasi penggunaan tisu toilet oleh orang eropa--
Eropa pun mengikuti tren ini, dan hingga kini, kebiasaan membersihkan diri dengan tisu tetap bertahan.
Penggunaan tisu di Eropa tak lepas dari faktor budaya dan infrastruktur. Mayoritas rumah dan toilet umum di Eropa tidak dilengkapi dengan jet spray atau bidet.
Di sisi lain, konsep membilas dengan air dianggap asing, bahkan tidak nyaman bagi sebagian masyarakat Eropa.
Banyak dari mereka percaya bahwa tisu cukup efektif untuk membersihkan, meskipun pada kenyataannya, ini tidak sepenuhnya benar dari sudut pandang medis.
BACA JUGA:Waspada Musim Pancaroba, Cuaca Tak Menentu, Ancaman Penyakit Mengintai
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: