Fenomena Lebaran Lebih Awal di Indonesia, Antar Tradisi, Hisab dan Kepercayaan

Fenomena Lebaran Lebih Awal di Indonesia, Antar Tradisi, Hisab dan Kepercayaan

Fenomena Lebaran Lebih Awal di Indonesia: Antar Tradisi, Hisab dan Kepercayaan--

BACA JUGA:Pengikut Tarekat Syattariah Sudah Rayakan Idul Fitri

BACA JUGA:Kontroversi Penetapan 1 Syawal Hanya dengan Menelepon Allah SWT, MUI Warning Pimpinan Jemaah Aolia Gunungkidul

Selain kelompok Islam, beberapa penganut kepercayaan lokal juga memiliki perhitungan tersendiri dalam menentukan hari raya.

Misalnya, sebagian pengikut aliran Kepercayaan Sunda Wiwitan memiliki sistem penanggalan yang berbeda dalam menandai peristiwa-peristiwa besar, meskipun tidak selalu bersamaan dengan Idulfitri.


Kepercayaan Sunda Wiwitan tidak selalu bersamaan mengenai penetapan lebaran Idulfitri--

Sementara itu, pakar astronomi dan ahli falak dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menegaskan bahwa perbedaan penetapan Idulfitri ini adalah hal yang wajar. 

"Perbedaan ini lebih bersifat metodologi dalam menentukan awal bulan hijriah. Yang terpenting, semuanya tetap dalam koridor ajaran Islam," ujar Prof. Thomas Djamaluddin, pakar astronomi Islam dikutip dari berbagai sumber.

Di masyarakat, perbedaan ini biasanya diterima dengan sikap toleransi. Banyak warga yang tetap bersilaturahmi meski berbeda waktu perayaan Lebaran. 

Pemerintah pun mengimbau agar perbedaan ini tidak dijadikan sumber perpecahan.

Dengan keberagaman ini, Indonesia kembali menunjukkan wajah toleransi dan kebersamaan dalam merayakan hari besar keagamaan. 

Apapun metode yang digunakan, semangat Idulfitri tetap menjadi momentum untuk saling memaafkan dan mempererat persaudaraan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait