Fenomena Lebaran Lebih Awal di Indonesia, Antar Tradisi, Hisab dan Kepercayaan

Fenomena Lebaran Lebih Awal di Indonesia, Antar Tradisi, Hisab dan Kepercayaan

Fenomena Lebaran Lebih Awal di Indonesia: Antar Tradisi, Hisab dan Kepercayaan--

SUMEKS.CO - Di tengah persiapan umat Islam di Indonesia menyambut Hari Raya Idulfitri, sejumlah kelompok keagamaan dan kepercayaan memilih merayakan Lebaran lebih awal

Fenomena ini bukan hal baru di Indonesia, yang memiliki keberagaman tradisi dan penafsiran dalam menentukan awal bulan Syawal.

Dirangkum dari berbagai sumber informasi, Sabtu 29 Maret 2025 salah satu kelompok yang sering kali merayakan Idulfitri lebih cepat adalah Jamaah An-Nadzir di Gowa, Sulawesi Selatan. 

Komunitas ini menggunakan metode hisab dan rukyat berdasarkan pengamatan tanda-tanda alam, seperti pasang surut air laut dan pergerakan bulan.

BACA JUGA:Hindari Kemacetan, Pemerintah Imbau Masyarakat Mudik Lebaran Lebih Awal

BACA JUGA:Di Sumut, Tarekat Naqsabandiyah Al-Kholidiyah Jalaliyah Idul Fitri 1 Mei

Tahun ini, mereka telah menetapkan hari Lebaran satu atau dua hari lebih awal dari ketetapan pemerintah.

Selain An-Nadzir, komunitas Tarekat Naqsabandiyah di Sumatra Barat juga dikenal sering berlebaran lebih awal. 

Mereka berpatokan pada perhitungan kalender hisab murni yang telah ditentukan jauh sebelumnya, tanpa menunggu keputusan pemerintah atau rukyat resmi.


Jemaah An Nazir Gowa biasanya merayakan Idulfitri satu hari lebih awal dari penetapan pemerintah--

Perbedaan ini juga terlihat di kalangan Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, yang menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal dalam menentukan awal bulan.

Tahun ini, Muhammadiyah telah menetapkan Idulfitri jatuh sehari lebih awal dibandingkan keputusan pemerintah yang berpedoman pada sidang isbat berdasarkan rukyatul hilal.

Di sisi lain, pemerintah melalui Kementerian Agama RI tetap mengacu pada keputusan sidang isbat yang dilakukan dengan metode rukyat dan hisab secara bersamaan.

Perbedaan ini tidak menimbulkan konflik, mengingat masyarakat Indonesia telah terbiasa dengan keberagaman dalam praktik keagamaan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait