Opini Menghakimi

Opini Menghakimi

Hendry Ch Bangun--

Dilihat dari beritanya, maka fakta sebenarnya adalah Tol Getaci, gagal lelang. Bukan “tidak laku dilelang”.

Ada dua peserta yang berminat mengikuti lelang, tetapi dinilai tidak memenuhi syarat. Pembaca tidak diberitahu, mengapa dua konsorsium itu tidak lolos untuk mengikuti lelang. Apakah “tak laku dilelang” sama dengan “gagal lelang”? Sebenarnya tidak sama. Tidak laku berarti  sama sekali tidak ada peminat.

Minat biasanya dinyatakan secara tertulis dengan dukungan dokumen-dokumen tertentu.  Faktanya ada peminat, entah berupa proposal atau apa, meskipun kemudian peminat itu dinyatakan tidak memenuhi syarat oleh panitia lelang.

BACA JUGA:LIVE Moji, Pertarungan Sengit Menuju Puncak di PLN Mobile Proliga 2024

BACA JUGA: Rapat Paripurna Istimewa HUT Kota Palembang ke-1341 Beriringan dengan Ucapan Perpisahan Ratu Dewa

Dari isi berita, istilah “tak laku dilelang” tidak tepat. Kalimat ini merupakan opini, dan salah pula.

Wartawan tidak boleh beropini dalam berita yang dibuat, yang dia paparkan seharusnya hanyalah fakta-fakta. Untuk mewakili pikirannya, si wartawan bisa meminta tanggapan atau komentar yang sejalan dengannya, tetapi tentu harus berimbang.

Tidak boleh memaksakan gagasan pribadi, kecuali si wartawan menulis di halaman opini, entah itu di tajuk rencana atau halaman yang dibuat khusus memuat opini-opini. 

Sebenarnya dalam sebuah berita masih boleh ada opini, apabila dia berupa opini atau interpretasi/pendapat atas fakta. Dari berita di atas disebutkan bahwa Getaci semula akan menjadi jalan tol terpanjang di Indonesia, mengalahkan tol terpanjang saat ini Cikopo-Palimanan sepanjang 116,75 km.

BACA JUGA:Spesifikasi Smartphone Lenovo Z6 Pro dan Z6 Pro 5g, Chipset Tangguh Fitur Menarik, Pilih yang Mana?

BACA JUGA:Poco C65, Hp Terjangkau yang Diperkuat dengan Kemampuan Fotografi

Maka kalimat “Gagal Menjadi Tol Terpanjang” juga merupakan interpretasi karena kini Tol Getaci terpotong tinggal 108 kilometer, dan itu tidak melanggar kode etik karena yang disimpulkan adalah fakta. 

Saat rekrutmen wartawan, salah satu cek yang dilakukan seorang mentor terhadap contoh berita calon wartawan adalah terkait opini ini.

“Fakta, fakta, fakta. Kamu ini wartawan, menulis untuk kepentingan publik. Pembaca tidak ingin tahu pendapatmu. Kamu bukan siapa-siapa. Bukan tokoh. Bukan ahli. Bukan spesialis. Ungkapkan hanya fakta. Sebanyak mungkin fakta.  Fakta yang dibutuhkan pembaca.”

Memang  banyak sekali calon wartawan, dan bahkan mungkin kini sudah menjadi wartawan, yang sulit memilah antara fakta dan opini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: