Penjelasan BMKG: Mengapa Hujan Masih Mengguyur di Tengah Musim Kemarau?
Indonesia masuk kemarau tapi hujan masih turun, ini penjelasan BMKG. Foto : Dokumen/Sumeks.Co--
SUMEKS.CO - Pada Juni ini telah masuk musim kemarau untuk sebagian besar wilayah di Indonesia. Sehingga potensi kekeringan jelas terjadi di sebagian wilayah.
Meskipun telah masuk musik kemarau, tetapi hujan masih turun. Khususnya beberapa pekan kedepan secara signifikan. Rupanya ini masih berada di masa peralihan musim.
Dimana Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta warga waspada potensi cuaca ekstrem, untuk sebagian besar wilayah di Indonesia dan termasuk Jakarta.
Diungkapkan, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, memang Juni ini sebagian wilayah Indonesia memang sudah memasuki awal musim kemarau.
BACA JUGA:Update Ramalan Cuaca Sumatera Selatan 4 Juni 2024: Hujan Disertai Petir dan Kilat di Wilayah Ini
BACA JUGA:Bukan Juni 2024, Diprediksi Awal Musim Kemarau, BMKG Sebut Kemarau Tanpa El Nino
"Jadi dengan memasuki musim kemarau ada potensi kekeringan khususnya di wilayah Indonesia sebelah selatan Khatulistiwa," ujarnya, dikutip berbagai sumber.
Dikatakannya, musim kemarau akan berakhir di bulan September nanti. Sehingga lumayan lama berpotensi kekeringan. Tetapi karena wilayah Indonesia masih berada di masa peralihan musim. Maka hujan masih ada turun.
Hal ini membuat kandungan uap air dan labilitas atmosfer masih tinggi dan dapat memicu pertumbuhan awan-awan hujan yang signifikan.
"Jadi ada potensi peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan secara signifikan," jelasnya.
BACA JUGA:Musim Kemarau Datang Lebih Awal, Awas Waspadai Kekeringan Parah Tahun 2024
BACA JUGA:WADUH! Sejumlah Wilayah di Indonesia, Kini Memasuki Musim Kemarau, Cek Lokasinya Disini!
Lanjut dia, ini karena kondisi dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan tersebut antara lain aktifnya fenomena atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang ekuatorial Rossby.
Termasuk juga Kelvin, pola sirkulasi siklonik, serta potensi pembentukan daerah belokan dan perlambatan angin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: