Pemuda Belum Mapan yang Ingin Menyempurnakan Agama Melalui Pernikahan, Ini Nasihatnya

Pemuda Belum Mapan yang Ingin Menyempurnakan Agama Melalui Pernikahan, Ini Nasihatnya

Buku nikah merupakan bukti sah bahwa pernikahan tercatat di lembaga pemerintahan.--dok : sumsek.co

SUMEKS.CO - Setiap pemuda muslim yang sudah cukup umur, pastinya ingin menyempurnakan agamanya melalui pernikahan.

Pasalnya, pernikahan merupakan ibadah, lagipula di dalam sebuah pernikahan ada cinta dan kasih sayang yang dapat menenangkan hati dari dunia yang tak berkesudahan.

Namun demikian, yang menjadi persoalannya adalah ketika si pemuda belum memiliki kesiapan secara ekonomi atau dengan kata lain belum mapan.

Tingkat kemapanan seseorang faktanya sangat mempengaruhi rasa percaya diri, pemuda seringkali menyerah di awal apalagi berbicara soal pernikahan.

BACA JUGA:Sering Batal Nikah atau Jodoh Menjauh Amalkan Ini, Ada yang 7 Kali Gagal Nikah Kini Berhasil

Faktor ekonomi telah menjadi perdebatan di tengah-tengah masyarakat. Pasalnya banyak kasus perceraian yang diakibatkan oleh ekonomi yang lemah.

Oleh sebab itu, bahkan para orang tua maupun pemuda khawatir dengan kondisi pernikahan sebelum mapan, karena kemapanan memainkan peran penting dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga.

Padahal sejatinya, setiap insan terutama pemuda, meski dirinya telah memiliki kegiatan yang produktif dan juga diimbangi pula dengan ketaatan dalam menjalankan ibadah, tidak serta merta membuatnya absen dari pahitnya kesepian.

Setiap manusia sudah sewajarnya memiliki rasa ingin mengurusi dan juga diurusi oleh kekasih hati, dalam hal ini merujuk pada pasangan yang halal, bukan mengurusi seseorang yang tidak jelas statusnya.

BACA JUGA:TEGAS! Habib Rizieq Jelaskan Hukum Nikah Siri: Agama Nyatakan SAH, Harus Dipertimbangkan Hal Ini, Apa Itu?

Akan tetapi, jika ditelaah dari sudut pandang Islam, nyatanya tidak ada kewajiban yang mengharuskan seorang pemuda untuk mapan dulu baru menikah.

Konsep menikah setelah mapan nyatanya baru berkembang belakangan di era modern, tapi di era Nabi Muhammad justru tidak demikian.

Bahkan tidak ada satu pun hadits yang menganjurkan agar pernikahan ditunda sampai seseorang mapan secara ekonomi, oleh sebab itu para sahabat juga kala itu menikah dalam kondisi serba kekurangan.

Menikah adalah ibadah, jadi tidak harus kaya dulu baru beribadah, sebab memang tidak ada hubungan di dalam menunaikan ibadah namun harus mapan terlebih dahulu dalam ekonomi.

BACA JUGA:Pelan-pelan Ukhti! Ini 4 Sifat Wanita Terburuk Menurut Alquran dan Hadist yang Wajib Dihindari

Namun juga tidak tepat rasanya apabila seorang pemuda sudah tidak punya kemapanan ekonomi, juga minim ilmu soal bagaimana cara menjadi pemimpin rumah tangga.

Permasalahannya kini ekonomi sengaja ditonjolkan untuk menciptakan sensasi ketakutan akan situasi dibalik sebuah pernikahan, padahal jika ditarik benang merahnya maka yang muncul justru masalah ilmu dan pemahaman.

Harusnya, minimal yang perlu diketahui adalah ilmu tentang masing-masing kewajiban dan tanggung jawab, pengendalian emosi serta dapat saling menerima kekurangan masing-masing.

Ilmu dan pemahaman sedemikian sentral untuk mengarungi bahtera rumah tangga, lebih lagi terkait tentang ilmu dan pemahaman dibidang agama, bukan semata-mata terjun bebas.

BACA JUGA:Jangan Nikahi dan Jauhi Wanita yang Punya 7 Sifat Berikut, Rumah Tangga Bisa Tidak Harmonis

Di lain sisi, tentang rasa syukur dan kerjasama, kesatuan visi untuk meraih ridho Allah SWT, dan bersamaan-sama untuk saling mengingatkan dan melangkapi dalam menghadapi berbagai persoalan yang menerpa.

Sementara itu kata kunci sebuah pernikahan sebagaimana yang terdapat di Hadits Rasulullah SAW untuk menikahi yang sepadan dengan kita. Jika kita memiliki penghasilan Rp1 juta, maka nikahilah wanita yang cukup dengan itu, agar tidak ada ketimpangan yang menjadi bola salju.

Hindari juga menikahi orang yang pendidikannya sangat jauh, sehingga ketika mengobrol dikhawatirkan tidak nyambung, padahal selayaknya sebuah rumah tangga, komunikasi adalah pilar paling dasar untuk keutuhan dan keberlangsungan pernikahan.

Maka dari itu keselarasan dan kesepadanan senantiasa memberikan rasa tenang dan harmoni yang seimbang untuk dijalankan, karena perjalanan rumah tangga itu adalah perjalanan yang panjang bahkan seumur hidup.

BACA JUGA:Heboh Politisi Bali Sebut Hijab Tak Jelas, Ternyata Berhijab Punya Segudang Manfaat Bagi Wanita

Nah, kembali soal sekufu, apabila pasangan yang biaya make up-nya saja sampai Rp2 juta, sementara penghasilan kita hanya Rp1 juta, hal demikian akan membuat rumah tangga menjadi rentan terlibat percekcokan dan terjerat hutang.

Andaipun calonnya memiliki tingkat ekonomi yang lebih tinggi, dalam hal ini adalah wanita, maka pastikan terlebih dahulu karakternya dan cari tahu tentang pemahaman agama, karena yang demikian akan membuat lebih lapang dada.

Sebab dengan pemahaman agama, biasanya seorang wanita akan lebih ikhlas dan menerima, tidak cenderung mengungkit-ungkit, meminta hal yang di luar kesanggupan suami, karena di dalam agama seorang istri tidak boleh bersikap seperti itu, bahkan sekadar menaikkan nada suara lebih tinggi dari suaminya saja dilarang

Pemahaman agama dapat membentengi. Namun demikian usahakan cari pasangan yang setara atau dibawah kita agar terhindar dari sikap meremehkan, merendahkan sehingga menyebabkan rumah tangga jadi tidak harmonis.

BACA JUGA:Khadijah Binti Khuwailid, Wanita Teragung Sejagat Raya yang Mendapat Salam dari Allah SWT

Jika laki-laki dan wanita yang hendak menikah itu memiliki bekal agama, maka hantaman ekonomi bisa dihadapi bersama-sama, dengan saling menghargai proses dan memberikan dukungan untuk satu sama lain.

Jadi persoalan mapan dan tidak mapan sebetulnya hanya masalah waktu saja, selagi calonnya bekerja keras, bertanggung jawab, memiliki ilmu dan pemahaman, hal tersebut dirasa cukup untuk meyakinkan diri untuk menuju pernikahan.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: