Mahasiswa Harvard Tulis Nama Anak-anak Gaza Korban Bombardir Israel di Tangga Kampus: ‘Kami Tak Pernah Lupa!’
Mahasiswa harvard tulis nama-nama anak- anak korban bombardir israel di tangga kampus. foto: @harvardnews/sumeks.co.--
BACA JUGA:Peluang Banyak Terbuang, Timnas Indonesia Imbang 0-0 Lawan Palestina di FIFA Matchday
Resolusi itu menegaskan kembali letigimasi persatuan nasional dan pembebasan dari dominasi kolonialisme dan asing dan pendudukan asing dengan segala cara, termasuk perjuangan bersenjata.
“Penolakan terhadap rakyat Palestina atas hak-hak nasional mereka yang tidak dapat dicabut,” urai Ben Norton lagi.
Ditambahkan Ben Norton, Israel adalah rezim apartheid kolonial.
“Dulu orang kalau mengatakan itu akan disebut kontroversial tapi sekarang tidak lagi,” cetusnya.
Organissai HAM Dunia seperti Amnesty Internasional dan Humas Right Watch dan badan-badan PBB tegas menyatakan:
“Spa yang dilakukan Israel adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, dengan melakukan sistem apartheid itu terhadap rakyat Palestina,” ungkapnya.
Konflik Isreal-Palestina, lanjut Ben Norton, bukanlah persoalan agama, banyak analis barat mencoba mengggambarkan hal ini sebagai konflik agama.
Di Palestina itu juga banyak agama lain.
BACA JUGA:HEBOH! Medsos dan Aplikasi Al Quran UAH Diblokir Google, Usai Bantu Palestina Rp 14 Miliar
“Ini adalah analisis yang malas, kenyataan ini adalah konflik mengenai pembebasan sebuah bangsa, dan penentuan nasib sendiri,” sebutnya.
“Ini konflik tentang kolonialisme. Israel adalah negara yang lahir dari kolonialisme Eropa,” papar Ben Norton.
Ben Norton pun mengungkap bahwa Theodor Herzl adalah bapak gerakan politik modern zionis yang menyerukan pembentukan negara Yahudi itu di wilayah Arab Palestina.
“Dia menulis surat pada kolonialis Inggris yang terkenal saat itu, Cecil Rhodes yang menjadi kaya dengan mencuri sumber daya alam Afrika,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: